Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Zaman (Semakin) Edan: Dari Ismail Bolong hingga "Bolongnya" Dana Komando

Kompas.com - 09/11/2022, 06:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penangkapan para kepala daerah memang termasuk ranah hukum, tetapi tidak bisa dipungkiri ada fenomena kooptasi pertambangan dan kekayaan alam di daerah yang dimainkan elite-elite.

Baca juga: Mewahnya Rumah Ismail Bolong, Dijuluki ‘Pak Bos’ di Lingkungan Sekitarnya

Dana komando dari heli bekas

Sebelum kasus Ismail Bolong mencuat dengan setoran ke petinggi polisi, jauh sebelumnya saya mendapat penuturan dari pelaku dan pemain “alat utama sistem persenjataan” atau alutsista.

Mendengar kisahnya, saya merinding karena dari pembelian satu butir peluru misalnya, ada sekian rupiah yang harus “disisihkan” untuk oknum militer.

Kasus korupsi pengadaan helikopter angkut Agusta Westland (AW) 101 di lingkungan TNI-AU dengan nilai kerugian negara mencapai Rp 738,9 miliar juga tidak terlepas dengan “perang bintang” di tubuh TNI.

Baca juga: Di Sidang, Jaksa Ungkap Dana Komando Petinggi AU 4 Persen dari Cashback Beli Heli AW-101

Keinginan pimpinan TNI dan di TNI AU yang tidak klop, memunculkan peluang pengadaan helikopter AW 101 yang dipaksakan (Kompas.com, 13/10/2022).

Walau pengadaan heli AW 101 ditolak Presiden Jokowi, tetapi dengan alasan menggunakan anggaran TNI AU, pembelian pesawat heli tersebut tetap dilakukan.

Tiga prjaurit TNI AU termasuk perwira tinggi, Marsekal PErtama Fachri Adamy dihadirkan sebagai saksi dugaan korupsi pengadaan helikopter Agusta Westland (AW)-101 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat, Senin (7/11/2022).KOMPAS.com/Syakirun Ni'am Tiga prjaurit TNI AU termasuk perwira tinggi, Marsekal PErtama Fachri Adamy dihadirkan sebagai saksi dugaan korupsi pengadaan helikopter Agusta Westland (AW)-101 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat, Senin (7/11/2022).
Modus mempermainkan harga yang dilakukan tersangka Irfan Kurnia Saleh tergolong “sadis”. Jauh sebelum ada pengadaan helikopter VVIP di TNI AU, Irfan sudah berani memesan heli tersebut.

Heli yang dibeli ternyata pesanan Angkatan Udara India yang batal dipesan dan sempat digunakan terbang sejak 2012.

Artinya heli yang dibeli Irfan adalah heli “bekas” dan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta TNI AU.

Parahnya lagi, tim internal TNI AU pada 2017 menemukan 12 kekurangan yang ada di heli yang didatangkan Irfan. Mulai dari jumlah kursi yang kurang, riwayat jam terbang yang tidak beres, tidak ada riwayat log book engine hingga peta digital yang belum terinstal.

Yang mengejutkan lagi, jaksa KPK dalam tuduhannya terhadap kasus pengadaan heli AW 101 menyebut adanya “cash back” yang diperuntukkan untuk dana komando sebanyak 4 persen atau senilai Rp 17,7 miliar yang “mengalir” ke petinggi TNI AU ketika itu, Marsekal Agus Supriyatna.

Baca juga: Prajurit TNI AU Ini Bantah BAP yang Sebut Dana Komando Hanya Bisa Digunakan Atas Perintah Eks KSAU

Tersangka Irfan menikmati Rp 183,2 miliar, sementara pabrikan heli AW 101 mendapat Rp 391,6 miliar dan distributor heli AW 101 memperoleh Rp 146,3 miliar.

Dari pengungkapan kasus Ismail Bolong ataupun kasus Irfan, hendaknya semakin membuka keberanian untuk mengungkap kasus-kasus yang selama ini “tabu” atau tidak berani disentuh aparat penegak hukum.

Permainan “backing” pertambangan liar, dana komando ataupun cukong-cukong yang ingin menguasai kekayaan alam dan tambang melalui Pilkada harus dienyahkan di republik ini.

Jangan sampai ramalan tentang zaman (semakin) edan Ronggowarsito terbukti kebenarannya dari masa ke masa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com