Penjelasan ini menandakan bahwa ada elemen yang hilang dari masyarakat kita ketika pandemi, yaitu hormon dopamin.
Hormon dopamin dikenal hormon “perasaan baik”, hormon ini penting dari sistem penghargaan terhadap otak.
Artinya jika kita merasa gembira atau bahagia, hormon inilah yang memberikan reward kepada otak bahwa kondisi kita sedang baik-baik saja. Selama pandemi dopamin direnggut dari masyarakat karena kebijakan pemerintah dan teror covid-19.
Budaya berkumpul mendorong dopamin hidup dari kebiasaan masyarakat melakukan aktivitas sosial. Karena pandemi semua itu hilang dan muncul lagi ketika kebijakan pembatasan sosial dilonggarkan.
Akan ada dampak besar jika hormon dopamin disalurkan saat masyarakat keluar dari belenggu sosial distance. Kita mengalami syndrom kegembiraan di mana kita tidak bisa lagi mengontrol tindakan kita saat berkerumunan.
Implikasi dari tindakan tidak terkontrol itu seperti kejadian Kanjuruan, hallowen di Korsel, dan putusnya jembatan India.
Kejadian itu adalah salah satu akumulasi dari terkumpulnya hormon dopamin tanpa bisa dikontrol.
Uforia memang berlangsung karena daya pikatnya mengajak kita untuk berkumpul, tetapi ketika terjadi chaos setiap individu dengan energinya masing-masing menyelamatkan diri.
Massa mencari jalan keluar dan menyelamatkan diri. Sehingga hampir semua orang berada pada tujuan yang sama dan akhirnya memakan korban jiwa karena saling berdesak –desakan.
Kalau kita lihat tiga kejadian kerumunan di atas, korban jiwa kebanyakan kekurangan oksigen.
Peristiwa ini memberikan kita refleksi dengan dalam tentang kerumunan dan uforia. Setiap kita harus memiliki konstruksi pikiran untuk selalu mawas dengan kerumunan.
Bukan bermaksud untuk antisosial atau bersikap esklusif, namun lebih berupaya menyelamatkan nyawa sendiri dengan menyelamatkan nyawa sesama.
Artinya sebagian masyarakat harus menahan ego untuk “rela” tidak berkumpul meskipun raga bergejolak untuk harus bergabung.
Perlu ada gerakan bersama untuk merawat kehidupan sosial tanpa harus menelan korban jiwa. Pikiran ini perlu hidup di masyarakat urban agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi di waktu-waktu yang akan datang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.