Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Karpet Merah untuk Lukas yang Begitu "Syulit"

Kompas.com - 07/11/2022, 06:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain berobat, Lukas kerap menyatroni beragam kasino. Kunjungannya ke Jerman, juga tidak diketahui alasannya, apakah mendapat izin dari Kementerian Dalam Negeri atau tidak.

Umumnya, setiap kepala daerah yang akan pergi ke luar negeri – apapun urusan dan tujuannya - harus mendapat izin dan sepengetahuan dari menteri dalam negeri.

Lebih miris lagi, Mahfud MD menyebut pemerintah pusat telah mengeluarkan anggaran sebesar Rp 1.000,7 triliun sejak pemberlakukan Otonomi Khusus (Otsus) Papua tahun 2001 hingga sekarang.

Yang menyedihkan lagi, anggaran “jumbo” tersebut tidak memberi efek sama sekali untuk pengentasan kemiskinan rakyat Papua (Kompas.com, 23/09/2022).

Antara rawan konflik dan penegakan hukum

Saat menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) periode 1988 – 1992, saya selalu diindoktrinasi “positif” oleh para pengajar UI yang legendaris mengenai makna keadilan yang hakiki.

Ada Profesor Poernadi Poerbatjaraka, Profesor Erman Radjaguguk, Profesor Loebby Lukman, Profesor Charles Himawan, Profesor Daud Ali, Profesor Hamid Attamimi, Profesor Tahir Azhary, Profesor Ismail Sunny, Profesor Mardjono Reksodiputro dan Profesor Selo Sumardjan yang kini semuanya sudah wafat. Mereka mengajarkan untuk selalu berani menegakkan keadilan walau keadaannya sulit, tidak mungkin dan menjadi lumrah di zaman edan.

“Fiat justitia ruat caelum” kata para guru besar yang begitu “digugu” dan “ditiru” itu menempa kepada kami para mahasiswa yang kini ada yang menjadi hakim, jaksa, pengacara, aktivis, dosen, pengusaha atau pengawai negeri serta swasta.

Pendekatan yang dilakukan Ketua KPK Firli Bahuri dengan menjenguk langsung Lukas Enembe di kediamannya di Jayapura, tetap kurang “elok” karena secara etika dan kepantasan ada yang tidak pas.

Jika konteksnya ingin memeriksa kesehatan dan pemeriksaan keterangan dari Lukas, harusnya cukup dengan mengirim tim medis dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) serta penyidik KPK. Sekali lagi tidak pantas jika Ketua KPK yang ikut menemui langsung tersangka korupsi.

Undang-Undang tentang KPK yang baru, tepatnya di Pasar 21 ayat 1 jelas menyebut pimpinan KPK tidak lagi menyandang status penyidik sebagaimana ditentukan dalam undang-undang sebelumnya.

Publik akan “membaca" bahwa pimpinan KPK memberlakukan standar ganda bagi tersangka korupsi dan seakan menggelar “karpet merah” untuk tersangka pemakan uang uang rakyat.

Adegan salaman, baku peluk dengan kerabat tersangka rasuah begitu menyesakkan dada para pengemis keadilan di republik ini. Premis hukum begitu tajam ditancapkan untuk rakyat kecil, tetapi “letoy” ke para elite “seakan-akan” menemukan pembenaran di kasus Lukas Enembe.

Kilah KPK yang telah melakukan pemeriksaan dan penggeledahan rumah Lukas pascakedatangan Ketua KPK Firli Bahuri hendaknya membuat kejelasan muara kasus Lukas akan di bawah kemana menjadi terang benderang.

Kasihan, warga Papua yang sudah lama “menikmati” jalannya birokrasi dan pelayanan publik di Provinsi Papua tidak berjalan dengan normal mengingat sang gubernurnya terus disibukkan dengan kasus hukum dan alasan kesehatan.

Dengan kasus perempuan “berkebaya merah” saja kita begitu heboh dan gaduh, sementara untuk kasus pemberian “karpet merah” bagi tersangka korupsi yang bernama Lukas Enembe kita begitu abai dan membirakan.

Kelaparan tidak boleh lagi terjadi di Tanah Papua dan keadilan harus tegak berdiri di Bumi Cenderawasih.

Sekali lagi, andai ayah angkat saya Presiden Organisasi Papua (OMP) Mozes Weror masih hidup, tentu mendiang akan kecewa setengah mati melihat korupsi dan kelaparan masih terjadi di Tanah Papua.

Saat saya bertandang ke Madang, Papua Nugini tahun 1995 silam, Mozes kerap bercerita kepada saya tentang obsesinya. Dia mencita-citakan rakyat Tanah Papua bisa sejahtera, makmur dan tidak ada yang kelaparan di negerinya sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com