Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Menyongsong Kedatangan Pesawat Baru Angkatan Udara

Kompas.com - 04/11/2022, 06:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Itu sebabnya maka pengambilan keputusan dalam proses pengadaan pesawat terbang baru bagi Angkatan Udara harus berada di tangan orang yang mengerti tentang sistem persenjataan secara keseluruhan.

Pesawat terbang sebagai sub sistem akan sangat bergantung kepada sub sistem lainnya agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.

Pengalaman selama ini, unsur pemeliharaan pesawat terbang masih kurang memperoleh perhatian yang cukup. Ketersediaan dana pemeliharaan menjadi sangat menentukan pada aspek pelaksanaan operasi dan latihan terbang.

Perhitungan yang matang jangka panjang bagi tersedianya dana pemeliharaan akan menjadi taruhan utama dalam menyiapkan pesawat terbang untuk berstatus combat ready.

Belum lagi penyiapan SDM selain pilot, seperti para teknisi pemeliharaan yang menjadi tidak mudah bagi proses pemeliharaan pesawat terbang tempur dengan teknologi mutakhir.

Peralatan kalibrasi dari peralatan avionic (aviation electronic) yang sudah serba digital memerlukan waktu panjang dan pengalaman kerja yang memadai untuk mencapai skill yang dibutuhkan.

Hal itu semua memerlukan perencanaan matang dari para ahli yang kompeten di bidangnya. Sedikit saja ada kelalaian, maka kesulitan besar akan dihadapi nantinya saat pengoperasian pesawat tersebut.

Kesulitan dalam proses penyiapan pesawat di flight line tidak hanya berarti kesulitan dalam kesiapan pesawat yang siap terbang, tetapi lebih lebih dalam menyiapkan pesawat yang siap tempur.

Di sisi lain, pesawat terbang hanya merupakan salah satu sub sistem dari sistem senjata Angkatan Udara yang bertugas dalam sistem besar bernama sistem pertahanan udara nasional.

Masih ada sub sistem lainnya yang jauh lebih penting untuk ditangani terlebih dahulu. Misalnya, sampai sekarang ini masih ada wilayah udara kedaulatan Indonesia yang belum berada di bawah wewenang otoritas penerbangan nasional.

Masalah ini memerlukan prioritas utama untuk diselesaikan terlebih dahulu. Percuma saja memiliki skadron pesawat terbang tempur modern, apabila untuk terbang menjaga kedaulatan negara di udara di wilayah kedaulatan sendiri masih harus memperoleh ijin terbang terlebih dahulu dari negara lain.

Ini justru pekerjaan rumah yang seyogyanya diselesaikan sebelum membangun kekuatan skadron pesawat terbang tempur yang canggih.

Berdaulat di udara, baru kekuatan udara akan mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokoknya.

Sebuah renungan dalam menyongsong kedatangan pesawat pesawat terbang tempur baru Angkatan Udara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Nasional
Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Nasional
Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

BrandzView
Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com