NUSA DUA, KOMPAS.com - Ketua sekaligus pendiri International Buddhist Education Center (IBEC) asal Myanmar, Ven Sobitha berharap pemuka agama Indonesia dapat berkolaborasi untuk penuntasan konflik di negara Bagian Rakhine, Myanmar.
Pasalnya, konflik tersebut membuat etnis Rohingya menghadapi rangkaian kekerasan komunal.
Hal itu diungkapkan Ven Sobitha dalam forum agama G20, Religion 20 (R20) di Bali.
"Kami mencoba bernegosiasi. Saya berharap, dalam kita dapat menuntaskan masalah ini, kita butuh berkolaborasi dengan pemuka agama di Indonesia," ujar Sobitha kepada wartawan di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Selasa (2/11/2022).
"Seandainya mereka berkolaborasi dengan kami, kita dapat menyelesaikan masalah ini, termasuk konflik politiknya," kata pendiri Kyunhla Buddhist University itu lagi.
Baca juga: Menteri Retno Bertemu Menlu Bangladesh Bahas Bantuan ke Rohingya
Sobitha menilai, R20 menjadi forum yang penting untuk kemanusiaan yang diharapkan dapat menjembatani berbagai sudut pandang keagamaan di berbagai belahan dunia.
Dalam kasus Rohingya, menurutnya, kisruh terjadi begitu dalam sehingga membutuhkan negosiasi serius antara pemerintah Myanmar dengan Bangladesh.
Sebab, Bangladesh adalah negara asal etnis Rohingya yang bermigrasi ke Myanmar pascaperang Inggris-Burma pada abad ke-19.
"Maka dari itu, seandainya para pemimpin agama mendukung Myanmar kami, kita dapat menyelesaikan konflik politik di Myanmar pula," ujar Sobitha.
"(Pendekatan) agama sangat berperan penting mengatasi konflik tersebut (Rohingya), seperti yang Anda ketahui bahwa Myanmar mengalami konflik yang rumit karena perpolitikan, dan karena mereka tidak paham betapa dalamnya agama," katanya lagi.
Baca juga: Apakah Dunia Sudah Lupa Pengungsi Rohingya?
Diketahui, forum keagamaan R20 resmi dimulai mulai hari ini, Rabu (2/11/2022), di Grand Hyatt Hotel, Nusa Dua, Bali.
Forum ini diprakarasai Nahdlatul Ulama (NU) bekerja sama dengan Liga Muslim Dunia.
Kemudian, R20 dihadiri oleh para pemuka agama dan sekte dari berbagai belahan dunia.
NU mengklaim bahwa sedikitnya 430 perwakilan dari 20 negara lebih telah mengonfirmasi hadir, dengan 30 lebih pembicara.
Namun, perhelatan ini tak lepas dari kontroversi karena diundangnya Varanasi Ram Madhav, pemimpin Bharatiya Janata Party sekaligus pemuka Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) yang merupakan organisasi sayap kanan India yang dikaitkan dengan kasus-kasus antikeragaman di Anak Benua.
NU mengeklaim bahwa diundangnya RSS tak terlepas dari status India sebagai presidensi R20 berikutnya dan ormas itu dianggap representatif, serta bahwa forum R20 akan menjadi ajang yang tepat untuk mendiskusikan masalah ini.
Baca juga: Pengadilan PBB Tolak Keberatan Myanmar, Kasus Genosida Rohingya Bakal Disidangkan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.