Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

KPK, Residivis Koruptor, dan Frustasi Sosial

Kompas.com - 24/10/2022, 05:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut hasil Jajak pendapat Litbang Kompas pada 6-9 September 2022, survei menunjukkan 43,2 persen responden menyebutkan bahwa korupsi menjadi faktor utama yang menghambat jalannya demokrasi di Tanah Air dan darurat harus ditangani.

Hasil survei Global Corruption Barometer (GCB) 2020 oleh Transparency International Indonesia (TII) menyatakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga paling korup di Indonesia. Ada 51 persen responden menyatakan pendapatnya.

Temuan tersebut sejalan dengan tren di Asia di mana parlemen menjadi institusi publik yang paling korup.

Tingginya prevalensi korupsi juga masih menjadi faktor paling menghambat kemudahan berusaha di Indonesia. Skor Corruption Perception Index (CPI) Indonesia tahun 2021 sebesar 38 dan menempati urutan 96 dari 180 negara.

Di barisan berikutnya pejabat pemerintah daerah dengan persentase 48 persen, pejabat pemerintahan 45 persen, polisi 33 persen, pebisnis 25 persen, hakim/pengadilan 24 persen.

Kemudian presiden/menteri 20 persen, LSM 19 persen, bankir 17 persen, TNI 8 persen, dan pemuka agama 7 persen.

Frustasi sosial

Jika awalnya kita masih bisa berharap pada satu-satunya lembaga antikorupsi yang punya taring kuat, bahkan rakyat siap menjadi tamengnya, kini harapan itu pupus.

KPK tak lebih dari institusi formal pemerintah yang bekerja memenuhi tenggat dan perintah, tak lagi independen, apalagi membongkar dan menguak mega kasus yang tidak terduga seperti dulu, yang membuat ribuan koruptor rontok!

Barangkali karena sepak terjangnya yang masif dan tak dapat lagi dikendalikan para pelaku tindak koruptor yang makin jengah dan tidak berkutik, KPK diamputasi kewenangan dan independensinya.

Pemerintah dengan segala kuasanya berada di belakang “pengkhianatan amanah rakyat” dalam pembongkaran kasus-kasus korupsi yang termasuk kategori kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) dengan para pelaku yang juga disemati istilah keren penjahat kerah putih (white collar crime).

Karena para pelaku sejatinya adalah mereka yang berada di garda depan para pejabat dan wakil rakyat yang paham seluk beluk hukum, dan semestinya menjalankan amanah, tapi justru berkhianat dengan melawan rakyat yang telah memberinya kepercayaan dan tanggung jawab.

Sialnya lagi para pelaku korupsi begitu lihai berasimilasi dari demokrasi lawas memasuki demokrasi transformasi. Bahkan dengan banyak akal bulus politik ketika meminta dukungan, para wakil rakyat memberikan janji dan bermain atraksi sulap senayan bermain politik uang.

Walhasil, para incumben terus bercokol dalam lingkaran politik yang sama, yang itu-itu juga dengan perilaku yang juga tak pernah bermetamorfosa menjadi santun dan baik.

Apa yang tersisa dari harapan publik dalam konteks gerakan pemberantasan korupsi, barangkali menyerahkan pada mekanisme hukum.

Setidaknya jika seorang pelaku korupsi bertindak jahat, ia akan digiring “sejenak” untuk mempertontonkan mukanya, bahwa ia salah satu pesakitan pekalu tindak korupsi, meskipun dengan mudahnya akan diganjar remisi.

Harus diakui, para pelaku tindak korupsi di Indonesia telah begitu bebal, bermuka badak. Bahkan dalam kondisi terbongkarnya kasus, masih memainkan pengadilan.

Dan menjadi sebuah keruntuhan kepercayaan ketika para terpidana kasus korupsi dengan begitu mudahnya mendapat remisi karena “berkelakuan baik” yang munafik dengan memainkan remisi sebagai prasyarat bebas bersyarat yang paling instan. Sebelum kembali lagi pada perilaku semua sebagai “residivis korupsi”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com