JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil investigasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan menemukan kericuhan suporter di Stadion Kanjuruhan pecah setelah aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah tribune penonton.
Temuan ini tertuang dalam dokumen laporan investigasi TGIPF setebal 136 halaman. Anggota TGIPF Akmal Marhali membenarkan dokumen laporan tersebut.
“Kericuhan suporter terjadi setelah adanya tembakan gas air mata ke tribune,” demikian salah satu poin laporan TGIPF, dikutip Kompas.com, Selasa (18/10/2022).
Laporan ini menyebut tembakan gas air mata pertama oleh aparat kepolisian untuk memecah suporter yang memasuki lapangan.
Baca juga: TGIPF: Rekaman CCTV Berdurasi 3 Jam Lebih di Lobi Utama Stadion Kanjuruhan Dihapus
Saat tembakan pertama ini dilepaskan, tidak ada kericuhan sama sekali.
Akan tetapi, kericuhan suporter baru terjadi ketika tembakan gas air mata ditembakkan ke arah penonton yang masih memadati area tribune.
“Hasil pengamatan, tidak ada kondisional khusus yang mengharuskan penembakan gas air mata ke tribune,” tulis TGIPF.
TGIPF juga mencatat ada enam tipe senjata gas air mata yang dibawa oleh personel pengamanan Satuan Brimob Polda Jawa Timur di Stadion Kanjuruhan.
Baca juga: Laporan TGIPF: Ditembaki Gas Air Mata, Aremania Teriaki “Polisi Pembunuh dan Polisi Sambo”
Keenamnya yakni senjata flash ball verney carbon super pro kaliber 44 milimeter (mm) dengan amunisi gas air mata MU53-AR A1 dan senjata anti riot infinity caliber 37/38 mm, dengan amunisi gas air mata CS Smoke dan CS Powder.
Selanjutnya, senjata laras licin popor kayu kaliber 38 mm dengan amunisi gas air mata MU24-AR CS Powder dan senjata shoebil kaliber 38 mm dengan amunisi gas air mata MU24-AR CS Powder.
Terakhir, senjata flashball maxi kaliber 44 mm dengan amunisi gas air mata MU53-AR dan senjata anti riot AGL NARM kaliber 38 mm dengan amunisi gas air mata Verney Ammo.
TGIPF menyebut semua senjata gas air mata ditembakkan oleh Brimob dan Sabhara, namun yang ditemukan paling banyak ditembakan adalah senjata gas air mata tipe anti riot infinity kaliber 37/38 mm.
Sementara, jarak tembak senjata gas air mata antara 20 sampai dengan 50 meter. Sementara Jenis gas air mata yang dipakai adalah jenis powder dan smoke.
“Apabila amunisi gas air mata expired atau mengalami catch tidak akan mengalami lontaran yang sempurna dan ada kemungkinan tidak mengeluarkan asap/gas,” tulis TGIPF.
Baca juga: Hari Ini, Jokowi Bertemu Presiden FIFA untuk Bahas Transformasi Sepak Bola Indonesia
Adapun temuan TGIPF ini telah diserahkan kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/10/2022).
Berdasarkan temuan ini pula, TGIPF mencatat korban dalam tragedi Kanjuruhan menembus 712 orang.
Jumlah itu terdiri atas 132 orang meninggal dunia, 96 orang luka berat, 484 orang luka sedang maupun ringan.
Salah satu rekomendasi dari temuan TGIPF yakni menganjurkan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan atau Iwan Bule beserta seluruh jajaran Komite Eksekutif mengundurkan diri.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.