Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud Bantah Jokowi Tak Beri Perhatian Soal Gas Air Mata dalam Tragedi Kanjuruhan

Kompas.com - 08/10/2022, 21:35 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD membantah anggapan bahwa Presiden Joko Widodo tidak memberikan penekanan kepada gas air mata sebagai penyebab tragedi di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu.

Menurut Mahfud, presiden memberikan perhatian kepada persoalan gas air mata. Hanya saja, warganet hanya melihat pernyataan presiden saat memberi keterangan di Stadion Kanjuruhan.

Adapun keterangan yang dimaksud yakni saat Jokowi menyatakan problem tragedi Kanjuruhan karena pintu yang terkunci dan tangga yang terlalu tajam.

Baca juga: Mensos Serahkan Santunan kepada Keluarga Korban Kanjuruhan di Tulungagung dan Blitar

"Menurut saya memang netizen atau di medsos itu banyak memotong perjalanan pemberian keterangan presiden. Kan pernyataan presiden bahwa itu masalah itu terletak di pintu tak dibuka dan tangga terlalu curam kan itu di Stadion Kanjuruhan itu," ujar Mahfud dalam wawancara khusus bersama Rosiana Silalahi yang dilansir dari YouTube Kompas TV, Sabtu (8/10/2022).

"Karena sebelumnya beliau memberikan keterangan juga di rumah sakit (RS). Ketika memberikan keterangan di RS kan bukan itu yang diungkap. Banyak hal, termasuk soal gas air mata itu sudah," lanjutnya.

Selain itu, menurut Mahfud, waktu yang tersedia saat Presiden Jokowi dimintai keterangan oleh media tidak banyak. Sehingga yang disampaikan presiden sesuai dengan lokasi yang dikunjungi.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan dan Kemungkinan Adanya Tersangka Baru

Mahfud mengungkapkan, sebelumnya Presiden Jokowi juga sudah menyinggung soal gas air mata.

Salah satunya saat rapat di istana. Saat itu, kata Mahfud, yang menjadi perhatian Presiden Jokowi antar lain soal keamanan dan gas air mata.

"Soal kenapa kok bisa itu supaya diselidiki itu gas air matanya jenis apa, kata presiden. Kok bisa sampai begitu fatal-ya ke masyarakat," jelas Mahfud.

Dia mengungkapkan, Presiden Jokowi sendiri berpendapat kalau gas air mata bisa berakibat fatal jika digunakan di ruangan tertutup.

Sementara itu, untuk stadion sepak bola ruangan bagian atasnya terbuka.

Baca juga: Bisakah Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Menggugat Panitia dan Pihak Keamanan? Ini Kata Pakar Hukum

"Coba nanti diselidiki secara mendalam gas airmata ini," kata Mahfud menirukan perkataan presiden.

Sebelumnya, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Santoso mengkritisi sikap Presiden Jokowi yang lebih menyoroti audit stadion sepak bola ketimbang penggunaan gas air mata dalam peristiwa tewasnya 131 suporter Arema Malang.

Ia menilai Jokowi harusnya lebih fokus pada penggunaan gas air mata yang diduga menjadi pemicu kepanikan suporter sehingga mengakibatkan ratusan nyawa melayang.

“(Jokowi) kurang bijaksana. Jangan ada lagi gas air mata yang dibeli dari pajak yang rakyat bayarkan digunakan untuk membunuh rakyat,” kata Santoso pada wartawan, Kamis (6/10/2022).

Baca juga: Soal 40 Tembakan Gas Air Mata Saat Tragedi Kanjuruhan, Ini Penjelasan Polri

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com