Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AH Nasution Saat Makamkan 7 Korban G-30-S: Fitnah Berkali-kali, Kami Semua Difitnah!

Kompas.com - 01/10/2022, 10:42 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

Ia pun berjanji untuk terus melanjutkan perjuangan pahlawan bangsa. Nasution menyatakan, hanya pengkhianat yang tidak mengikuti dan melanjutkan perjuangan pahlawan.

"Selamat jalan adik-adikku. Selamat jalan. Terima kasih atas pengorbananmu. Selamat jalan sampai bertemu," tutup Nasution.

Disiksa

Pidato yang disampaikan Nasution tak lepas dari kejamnya penganiayaan yang dialami keenam prajurit.

Nasution memang selamat. Namun, keenam orang lainnya disiksa sebelum dibunuh oleh Cakrabirawa.

Penyiksaan terlihat nyata di sekujur tubuh prajurit, ketika penggalian jenazah dilakukan di Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965.

Presiden kedua RI, Soeharto, yang kala itu ikut andil dalam penggalian menyatakan betapa kejamnya para pembunuh. Saat itu, ia masih menjabat sebagai Panglima Kostrad.

"Diketemukan dalam keadaan tubuh yang jelas penuh siksaan. Bekas-bekas luka di sekujur tubuh akibat siksaan sebelum ditembak masih membalur di tubuh-tubuh pahlawan-pahlawan kita," tutur Soeharto.

Baca juga: Mengapa Hoaks dan Isu PKI Masih Laku untuk Propaganda Politik?

Penyiksaan ini juga disaksikan oleh saksi mata, yakni anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), Nj. Marsajah.

Dalam kesaksiannya, Marsajah mengungkapkan, Jenderal Ahmad Yani terbunuh dan tertangkap sekitar pukul 05.00 WIB tanggal 1 Oktober 1965.

Tak lama setelah itu, Jenderal Soeprapto juga tertangkap, tetapi masih hidup.

Ketika ia mencoba melihat ke luar, tampak seorang pria dengan tangan terikat kain, berpakaian piyama garis-garis putih dan merah jambu, sedangkan di bahu terselendang sebuah sarung.

Tawanan itu, kata Marsajah, duduk di kursi. Ada sekitar enam orang berseragam hijau mengacungkan senjata di depannya.

Beberapa orang wanita juga benyanyi dan mengejek mengelilingi Soeprapto. Mereka berucap, "Enak orang besar. Gemuk makan enak. Rakyat kecil makan singkong, beras mahal.'

Baca juga: Kisah Penyamaran Istri Pemimpin PKI Usai Peristiwa G30S

Marsajah mengakui, wanita-wanita yang juga termasuk bagian dari Gerwani itu melakukan siksaan dan perbuatan yang tidak pantas kepada Soeprapto. Marsajah bahkan tak tahan melihat siksaannya sehingga ia memutuskan kembali ke kamar.

"Tapi tidak lama saya di kamar, tiba-tiba saja mendengar rentetan tembakan tiga kali. Tak lain yang ada di kepala saya, Pak Prapto (Soeprapto) sudah dihabisi," ungkap Marsajah.

Kemudian dalam jarak sekitar 10 meter dari kamar, Marsajah melihat sebuah tandu mengangkut mayat Soeprapto untuk dibawa ke sebuah sumur tua yang dikenal dengan nama Lubang Buaya.

Sekitar setengah jam kemudian, ada lagi mayat yang dilempar ke lubang tersebut. Tak lain adalah Mayat Jenderal S Parman. Adapun Jenderal Soetoyo dan Kapten Pierre Tendean diperlakukan sama.

"Meraka dikerumuni, ditendang, dianiaya, dipukuli dengan popor senapan," beber Marsajah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinjau TKP Kecelakaan Bus di Ciater Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Bus di Ciater Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Nasional
Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Nasional
KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

Nasional
Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Nasional
Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Nasional
Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Nasional
Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Nasional
Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Nasional
KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com