Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Capres PDI-P 2024 dan Pertaruhan Trah Soekarno di Partai Banteng

Kompas.com - 30/09/2022, 05:40 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam juga berpandangan demikian. Dosen Universitas Paramadina itu menilai, sekarang merupakan momentum tepat buat Puan buat maju ke panggung pilpres.

Pengalaman politik yang panjang mulai dari jabatan Ketua Fraksi PDI-P, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), hingga kini Ketua DPR RI, dinilai cukup menjadi bekal Puan melenggang ke gelanggang pemilihan nasional.

"Jika tidak sekarang, atau jika PDI-P memberikan kesempatan pada kader lain, maka besar kemungkinan Puan akan kehilangan momentum terbaiknya," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (21/9/2022).

Sejalan dengan itu, peneliti ahli utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro menduga, keputusan PDI-P ihwal capres sudah bulat dijatuhkan ke Puan.

Sejak awal, PDI-P memang menjadi partai yang dimotori oleh trah Soekarno. Partai ini lahir dari sejarah panjang Partai Nasional Indonesia (PNI) besutan Sang Proklamator.

Sehingga, tidak heran jika kini PDI-P ingin memunculkan kembali keturunan Soekarno, setelah dua periode berturut-turut Joko Widodo, yang notabene bukan trah Bung Besar, memimpin tanah air.

"Jadi memang dari awal sebetulnya ini partai yang digawangi oleh trah," kata Siti kepada Kompas.com, Kamis (29/9/2022).

Baca juga: Survei SMRC: Ganjar Perkuat Elektabilitas PDI-P 15 Persen, Tertinggi Dibandingkan Lainnya

Digenjot

Meski survei banyak lembaga mengatakan elektabilitas Puan masih cekak, menurut Siti, itu tak menjadi soal bagi PDI-P.

Sebabnya, hasil survei barulah hitung-hitungan sementara. Elektabilitas tokoh versi survei hanya sebatas gambaran saja.

Siti yakin, PDI-P sudah memiliki kalkulasi sendiri terkait ini. Pun demikian, PDI-P dinilai sadar betul soal elektabilitas Ganjar yang besar.

"PDI-P selalu ikut pemilu dan tahu trik-triknya," kata Siti.

Baca juga: Ganjar Respons Larangan Megawati untuk Dansa Politik: Akrobatik Kali Ya

Ke depan, sejumlah strategi bakal dimainkan oleh PDI-P untuk menggenjot elektabilitas Puan. Tak hanya menerjunkan eks Menko PMK itu ke berbagai penjuru negeri, tetapi juga menebar baliho-baliho Puan di jalanan, dan masih banyak lagi.

Tak lupa, embel-embel Soekarno akan senantiasa dipakai dalam misi ini. Misalnya, menyertakan foto hingga menyematkan titel "cucu Soekarno" di baliho.

"Mungkin kekhasan budaya dari PDI-P seperti itu karena dianggap foto mendiang Bung Karno itu pemersatu, di situ yang bisa mengerek suara. Jadi tingkat elektabilitasnya ditambah fotonya mendiang Bung Karno," ujar Siti.

Siti menambahkan, dorongan PDI-P bagi Puan tak hanya untuk kepentingan pencapresan saja. Namun, lebih jauh, ini juga tentang tongkat estafet kepemimpinan kursi ketua umum partai banteng jika kelak Mega lengser.

"Kan ini Bu Mega belum estafet siapa ketum yang akan datang. Jadi memang ini momen yang Bu Mega bisa menyaksikan anaknya nyalon, lalu dipikirkan siapa ketum selanjutnya untuk menyempurnakan estafet," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com