Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips dari Pengamat Politik untuk Puan Maharani jika Mau Punya Elektabilitas Tinggi

Kompas.com - 28/09/2022, 13:24 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno memberi tips untuk Ketua DPP PDI-P Puan Maharani yang elektabilitasnya masih rendah hingga saat ini.

Pasalnya, Puan digadang-gadang menjadi calon presiden (capres) dari PDI-P. Namun, elektabilitas Puan tak kunjung naik.

Awalnya, Adi menjelaskan bahwa elektabilitas seorang elite politik dilihat dari seberapa sering orang itu turun ke rakyat.

"Elektabilitas itu kaitannya dengan kerja-kerja politik ke bawah. Dia misalnya turun ke masyarakat, memberi bantuan sosial, menawarkan solusi-solusi yang dihadapi oleh rakyat," ujar Adi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/9/2022).

Baca juga: Nilai Wajah Cemberut Puan Pengaruhi Persepsi Publik, Pengamat: Gesturnya Masih Elite

Adi menyebut sudah banyak pemimpin di Indonesia yang turun ke rakyat untuk mendongkrak elektabilitasnya masing-masing.

Para elite berkeliling Indonesia untuk mengunjungi rakyat dan memberikan mereka bantuan.

"Semakin sering komunikasi, semakin sering memberi bantuan sosial, semakin sering memberi solusi yang dihadapi, maka sangat mungkin elektabilitasnya akan tinggi," tuturnya.

"Jadi, kalau mau meningkatkan elektabilitas, Mba Puan harus sering-sering berkunjung ke berbagai penjuru tanah air, seperti yang dulu sering dilakukan oleh Jokowi," sambung Adi.

Apalagi, kata Adi, sekitar 65 persen masyarakat di Indonesia berada di kelas ekonomi menengah bawah dengan pendidikan rendah.

Baca juga: Aksi Kontroversial Puan Maharani, dari Lempar-lempar Kaus Sambil Cemberut, hingga Menanam Padi Saat Hujan

Sehingga, yang rakyat lihat adalah seberapa sering seorang pemimpin mengunjungi mereka, tidak peduli apa yang terjadi di media sosial.

Sebelumnya, Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menilai PDI-P akan sulit memiliki presiden dari kadernya sendiri lagi jika mengusung Puan Maharani.

Awalnya, pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan, PDI-P memang bisa mengajukan capres sendiri pada tahun 2024. Dia menduga PDI-P bisa menang pada Pemilu 2024 apabila tidak salah mengambil langkah.

"Logikanya kan begini, PDI-P partai paling besar perolehan suaranya. Dugaan kita di Pemilu 2024, kalau enggak ada kesalahan kebijakan atau kesalahan langkah politik, kemungkinan PDI-P kembali akan jadi nomor satu di 2024 ini," ujar Saiful dalam siaran YouTube SMRC bertajuk "Siapa Calon Presiden PDI-P 2024?", Kamis (15/9/2022).

Baca juga: Video Viral Puan Lempar-lempar Kaus ke Warga Sambil Cemberut, PDI-P Beri Penjelasan

Puan Maharani saat m ngunjungi pasar Kebon Roek, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Sabtu (27/8/2022)KOMPAS.COM/IDHAM KHALID Puan Maharani saat m ngunjungi pasar Kebon Roek, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Sabtu (27/8/2022)

Saiful menjelaskan, PDI-P memiliki posisi yang sangat bagus untuk memenangkan calon presiden yang ingin diusung.

Hanya saja, PDI-P harus memilih sosok capres itu dengan sangat hati-hati agar tidak salah pilih.

"Dan ini juga yang membuat sampai hari ini belum memutuskan. Jadi butuh waktu lebih lama untuk memutuskan. Karena diharapkan calonnya adalah jadi (presiden)," tuturnya.

Kemudian, Saiful menyebutkan, semua partai politik pasti memiliki keinginan untuk menang dalam kontestasi pemilu.

Baca juga: Kriteria Cawapres Puan Maharani Jika Maju sebagai Capres 2024

Saiful lantas menyinggung Puan Maharani yang terlihat berpotensi diusung oleh PDI-P sebagai capres.

"Kita mengerti bahwa Puan Maharani itu digadang-gadang untuk jadi calon. Itu sangat logis karena beliau adalah pimpinan dari parpol. Mungkin orang kedua terpenting setelah Bu Megawati," kata Saiful.

Saiful mengingatkan PDI-P agar mempertimbangkan secara matang jika ingin mengusung Puan, apakah cucu Soekarno itu bisa menang atau tidak.

Berdasarkan survei yang SMRC lakukan sejak Maret 2021-Agustus 2022, Puan memiliki elektabilitas yang cenderung buruk.

Pada Maret 2021, elektabilitas Puan hanya bertengger di angka 0,5 persen. Di Agustus 2022, elektabilitas Puan naik sangat tipis, yakni hanya menjadi 1 persen.

Baca juga: Puan: Jawa Barat Itu Kandang Banteng!

"Puan itu enggak ke mana-mana. Di angka yang gap-nya terlalu jauh, 1 persen. Itu dari 0,5 jadi 1. Secara statistik itu enggak signifikan. Kalau dari 0,5 jadi 4 sih bisa. Itu ada kemajuan. Kalau 0,5 jadi 1 itu enggak pergi ke mana-mana," paparnya.

Sehingga, jika melihat elektabilitas Puan yang anjlok, Saiful tidak melihat alasan kenapa PDI-P harus mencalonkan Puan Maharani.

Menurut dia, jika PDI-P memiliki target agar capres yang mereka usung harus menang menjadi Presiden, maka sangat berat kalau mencalonkan Puan.

"Kalau kondisinya seperti ini ya berat dong," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com