JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari mengatakan, pihaknya bersedih dengan kejadian pesawat latih jenis Bonanza G-36 T-2503 milik TNI Angkatan Laut (AL) yang jatuh.
Abdul berharap kejadian pesawat TNI jatuh tidak terulang kembali.
"Yang pasti kita ikut bersedih. Dan mudah-mudahan kejadian seperti ini tidak terulang lagi ke depan," ujar Abdul saat ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (8/9/2022).
Baca juga: Kerangka Pesawat Latih TNI AL yang Jatuh di Selat Madura Ditemukan
Abdul menjelaskan, jatuhnya pesawat sebenarnya di luar kehendak manusia. Pasalnya, banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya pesawat jatuh.
"Bahwa pesawat sudah dinyatakan layak terbang, kemudian sudah segala macam, memang SOP di tentara seperti itu. Mereka ketat sekali. Kalau tidak layak terbang mereka enggak akan terbangkan," tuturnya.
Baca juga: Belum Ditemukan, Ini Identitas 2 Penerbang Pesawat Latih TNI AL yang Jatuh di Selat Madura
Ditemui terpisah, anggota Komisi I DPR Dave Laksono mempertanyakan kenapa kejadian pesawat TNI jatuh terus terjadi berulang kali.
Diketahui, sebelum pesawat latih TNI AL jatuh, ada kejadian jatuhnya pesawat tempur TNI Angkatan Udara (AU) T-50i Golden Eagle di Blora, Jawa Tengah, pada Juli 2022.
"Kita kan dalam kondisi damai dan tidak berperang dengan siapapun. Nah ini pesawat terus berjatuhan? Bagaimana kita dalam keadaan perang, nah kenapa?" kata Dave.
Baca juga: Kerangka Pesawat TNI AL yang Jatuh Ditemukan, Nasib 2 Penerbang Belum Bisa Dipastikan
Dave menilai, perlu ada reformasi dalam SOP tentang penggunaan alat utama sistem persenjataan (alutsista), baik itu pesawat, kapal angkatan laut, kapal selam, hingga tank.
Menurutnya, sejauh ini Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa sudah terus mendorong melakukan perbaikan.
"Kalau kondisi TNI tidak dalam kondisi siaga dan peralatan tempur tidak dalam kondisi prima, ya sulit kita untuk menjaga kedaulatan dan kewibawaan kita. Kita harus ada sikap yang tegas dan jelas untuk mendukung TNI, khususnya untuk bisa melalukan operasi militer dengan peralatan tempur prima," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.