Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Menteri Trenggono Bawa Agenda Ekonomi Biru Indonesia pada Sidang Ke-35 COFI FAO

Kompas.com - 05/09/2022, 17:38 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) telah menetapkan lima strategi ekonomi biru untuk memaksimalkan potensi sumber daya laut yang dimiliki.

Dia mengatakan itu dalam sidang The Committee on Fisheries (COFI) ke-35 di Roma, Italia, Senin (5/9/2022).

Dia memaparkan, strategi pertama adalah program perluasan kawasan konservasi terbatas dengan target 30 persen dari seluruh perairan untuk menjaga serapan karbon serta memproduksi oksigen, hingga sebagai zona spawning dan nursery ground.

Kedua, kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota untuk menjaga populasi perikanan dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

Ketiga, program pengembangan budi daya perikanan untuk mendorong nelayan-nelayan di zona penangkapan terukur agar dapat beralih pada kegiatan budi daya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Baca juga: Kementerian KP dan Republik Seychelles Bahas Peluang Kerja Sama Berbasis Blue Economy

Keempat, program yang menjamin wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terjaga dengan baik sehingga tidak terjadi kerusakan akibat aktivitas ekonomi.

Kelima, program ekonomi sampah yang melibatkan nelayan lokal dan industri dengan cara tidak mengambil ikan tetapi mengambil sampah di laut dalam kurun waktu tertentu. 

"Kita tidak bisa hanya mendorong dan memanfaatkan potensi ekonomi laut kita. Kita harus bertindak secara bertanggung jawab,” tegasnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin.

Trenggono menegaskan, nasib generasi masa depan ditentukan oleh komitmen para pemimpin dunia dalam melindungi dan mempertahankan laut.

Dia juga mengatakan, pemerintah Indonesia berkomitmen dalam mengelola kelautan dan perikanan secara berkelanjutan sesuai prinsip ekonomi biru.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono berdiskusi dengan Peter Thomson,  Diplomat Fiji and the United Nations Secretary-General's Special Envoy for the Ocean.
DOK. Humas Kementerian KP Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono berdiskusi dengan Peter Thomson, Diplomat Fiji and the United Nations Secretary-General's Special Envoy for the Ocean.

Baca juga: Indonesia Perlu Blue Economy, Apa Itu?

Trenggono meyakini, implementasi program-program ekonomi biru pada sektor kelautan dan perikanan Indonesia akan berkontribusi besar terhadap pemenuhan pangan global.

Terlebih, Badan Pangan Dunia (FAO) memprediksi bahwa kebutuhan protein global akan meningkat hingga 70 persen pada 2050.

Dia menyebutkan, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut yang berlimpah dapat memberikan sumbangsih yang cukup besar untuk memenuhi protein dunia.

“Indonesia terus bekerja untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil dapat menyeimbangkan keperluan dan kesejahteraan masyarakat sembari mampu menyediakan lingkungan laut yang sehat," ujarnya.

Sementara itu, Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Doni Ismanto mengatakan, selain menyampaikan general statement pada Sidang ke-35 COFI, Trenggono akan menyampaikan pidato pada High Level Special Event of The International Year of Artisanal Fisheries and Aquaculture (IYAFA).

Baca juga: Dirjen PDSPKP: Strategi Menteri Trenggono Tingkatkan Kinerja Sektor Kelautan dan Perikanan

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com