Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Albert Bangkit dari Trauma Setelah Ledakan Bom di Depan Kedubes Australia

Kompas.com - 22/08/2022, 08:54 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada Kamis, 9 September 2004, menjadi hari kelam bagi bangsa Indonesia.

Tepat pukul 10.15 WIB, bom meledak di depan Gedung Kedutaan Besar (Kedubes) Australia di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Jakarta. Sembilan nyawa melayang akibat peristiwa ini.

Kendati terjadi belasan tahun silam, tragedi yang kemudian dikenal dengan bom Kuningan ini ternyata masih membekas dalam ingatan penyintas atau korban ledakan bom yang selamat.

Salah satunya yang dialami Albert Kristiono (41), warga Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Albert mengingat betul detik-detik ledakan bom mengguncang sekitar wilayah Kuningan.

Baca juga: Keluarga Korban Peringati Tragedi Bom Kuningan

Saat itu, Albert yang tengah melewati Jalan HR Rasuna Said tiba-tiba terpental akibat ledakan bom di depan Gedung Kedubes Australia. Akibat ledakan ini, kepala sebelah kanan Albert terluka.

“Kepala saya kena pecahan bom bagian kanan, tertempel gotri bom,” kata Albert saat ditemui Kompas.com di Hotel Shangri-La, Jakarta, Minggu (21/8/2022).

Albert kemudian mendapatkan perawatan intensif akibat luka di kepalanya. Saat menjalani perawatan, Albert sama sekali tak memikirkan siapa pelaku di balik ledakan bom tersebut.

Baca juga: Jejak Mendamaikan Luka, Penyintas Bom Kedubes Australia: Apa Dosa Kami?

Saat itu, ia hanya memikirkan bagaimana caranya menyelesaikan perkuliahannya di tengah luka yang dideritanya.

Ketika menjadi korban ledakan bom, Albert baru berusia 23 tahun dengan status mahasiswa di salah satu universitas ternama di Indonesia.

Beruntung, pihak universitas mendukung penuh Albert dalam masa-masa pemulihan. Salah satunya dengan memberikan cuti agar Albert bisa fokus melakukan pemulihan.

Trauma berat

Pasca-peristiwa buruk yang dialaminya, Albert acap kali mengalami trauma berat. Suatu waktu, ia pernah pergi bersama keluarga dan kebetulan melewati depan Gedung Kedubes.

Saat mendekati area tersebut, tiba-tiba Albert mengingat detik-detik peristiwa ledakan yang terjadi.

“Merinding saya, ‘meledak enggak ya’. Itu yang saya alami, dari situ mungkin merasa trauma tertinggi,” ujar Albert.

Baca juga: Perjuangan Hidup Sudirman, Penyintas Bom Kedubes Australia: Kehilangan Mata Kiri, Minum Obat hingga Kini

Trauma berat yang dialaminya tak berhenti sampai di situ. Pada satu waktu, ia pernah menjumpai mobil boks di sekitar rumahnya.

Sepintas pikirannya kembali ke peristiwa bom Kuningan. Ketika melihat mobil boks tersebut, Albert merasa khawatir akan terjadi ledakan serupa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com