Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Sam Ratulangi yang Ada dalam Uang Kertas Baru Pecahan Rp 20.000

Kompas.com - 18/08/2022, 19:03 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok pahlawan nasional Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau yang dikenal dengan nama Sam Ratulangi diabadikan dalam uang rupiah kertas baru tahun emisi 2022 yang diluncurkan Bank Indonesia.

Wajah Sam Ratulangi terdapat pada uang pecahan Rp 20.000.

Sam Ratulangi lahir pada 5 November 1890 di Tondano, Minahasa.

Ia mengawali pendidikannya di sekolah dasar Belanda atau Europeesche Lagere School (ELS).

Kemudan, Sam melanjutkannya di Hoofden School di Tondano.

Pada 1904, Sam berangkat ke Jawa untuk menempun pendidikan Dokter Hindia Belanda (STOVIA) di Batavia setelah menerima beasiswa dari sekolah tersebut. Namun, begitu sampai di Batavia, Sam justru berubah pikiran.

Baca juga: BI Luncurkan 7 Pecahan Uang Rupiah Baru Hari Ini, Apa Saja?

Ia belajar di sekolah menengah teknik Koningen Wilhelmina School. Setelah lulus pada 1908, ia mulai bekerja di konstruksi rel kereta api di daerah Priangan Selatan, Jawa Barat.

Selama bekerja di sana, Sam telah banyak menerima perlakuan tidak adil dalam hal upah dan penginapan karyawan dibandingkan dengan karyawan Indo.

Pada tahun 1912, Sam pergi ke Amsterdam untuk melanjutkan studinya selama dua tahun. Namun, ia tidak dapat menyelesaikan pendidikannya, karena tidak diizinkan untuk mengikuti ujian.

Hal ini disebabkan karena Sam tidak memiliki sertifikat tingkat SMA.

Kemudian, ia mendaftarkan diri dan diterima di Universitas Zurich di Swiss.

Selama di Amsterdam, Sam sering bertemu dengan Sostro Kartono, kakak dari RA Kartini dan tiga pendiri Indische Partij.

Penampakan 7 pecahan uang baru 2022 yang berlaku mulai 17 Agustus 2022.YouTube Bank Indonesia Penampakan 7 pecahan uang baru 2022 yang berlaku mulai 17 Agustus 2022.

Mereka adalah Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Soewardi Suryaningrat. Ia pun aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging).

Tujuan dari organisasi ini adalah untuk memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia.

Pada 1914, Sam terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia.

Semasa kepemimpinannya, ia aktif menulis artikel-artikel, salah satunya bertajuk Sarekat Islam yang diterbitkan di Onze Kolonien (1913).

Ia menuliskan tentang pertumbuhan koperasi pedagang lokal Sarekat Islam dan juga memuji gerakan Budi Utomo.

Pada 1919, Sam kembali ke Indonesia. Ia dipindah ke Yogyakarta untuk mengajar matematika dan sains di sekolah teknik Prinses Juliana School.

Baca juga: Penukaran Uang Rupiah Baru 2022 Dimulai Hari Ini, Simak Caranya

Setelah tiga tahun, Sam memulai perusahaan asuransi bernama Assurantie Maatschappij Indonesia bersama Roland Tumbelaka, seorang dokter asal Minahasa.

Pada 1923, Sam dicalonkan oleh Partai Perserikatan Minahasa untuk menjadi sekretaris badan perwakilan daerah Minahasa di Manado. Ia menjabat selama periode 1924 sampai 1927.

Pada awal Agustus 1945, Sam diangkat untuk menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mewakili Sulawesi.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno, keesokan harinya PPKI menggelar rapat.

Rapat tersebut turut dihadiri Sam Ratulangi dan menghasilkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Pada waktu Agresi Militer Belanda II, Yogyakarta dikuasai oleh Belanda. Para pemimpin Indonesia, termasuk Soekarno-Hatta ditangkap dan diasingkan ke Bangka.

Sam sendiri juga ditangkap oleh Belanda pada 25 Desember 1948. Pada 12 Januari 1949, ia dipindahkan ke Jakarta dan kemudian ke Bangka. Namun, karena memiliki masalah kesehatan, Sam pun diizinkan untuk tinggal di Jakarta sebagai tahanan rumah.

Baca juga: Uang Kertas Baru 2022, Inilah 8 Pahlawan Nasional yang Terpampang

Sam meninggal pada 30 Juni 1949. Jenazahnya dimakamkan sementara di Tanah Abang. Kemudian, pada 23 Juli 1949, Sam dibawa ke Manado dengan kapal KPM Swartenhondt.

Kapal tersebut sampai di Manado pada 1 Agustus 1949. Keesokan harinya, jenazah Sam pun dimakamkan di kampung halamannya di Tondano.

Pada Agustus 1961, Sam dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh Soekarno.
Nama Sam Ratulangi pun dijadikan nama bandar udara di Manado, yaitu Bandara Sam Ratulangi.

(Penulis : Verelladevanka Adryamarthanino | Editor : Nibras Nada Nailufar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com