Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendikbud: 20 Tahun Terakhir, Kurikulum Sekolah Fokus pada Materi Saja

Kompas.com - 16/08/2022, 14:53 WIB
Fika Nurul Ulya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengungkapkan, kurikulum yang diimplementasikan di sekolah selama 20 tahun terakhir masih berfokus pada materi saja.

Koordinator Pengembangan Kurikulum, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud-ristek, Yogi Anggraena mengatakan, hal ini membuat kompetensi para siswa belum terbangun secara optimal selama 20 tahun terakhir.

"Berdasarkan hasil evaluasi yang kami peroleh, setidaknya dalam 20 tahun terakhir kemampuan-kemampuan di siswa-siswa kita dalam kompetensi penalaran itu belum terbangun secara optimal," ucap Yogi dalam webinar Kurikulum Merdeka di Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Baca juga: Buku PPKn Keliru Jelaskan Konsep Trinitas, Kemendikbud Diminta Selektif Pilih Penulis

"Sering kali perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi bukan terjadinya adalah peningkatan kualitas kompetensi, tapi lebih dibangun lebih ke peningkatan hanya dari segi aspek materi saja," sambung Yogi.

Yogi menjelaskan, kementerian sebenarnya sudah beberapa kali melakukan perbaikan-perbaikan kurikulum.

Bahkan, kurikulum yang berbasis kompetensi siswa sudah menjadi landasan yang dituangkan sejak tahun 2004. Namun, implementasi di lapangan masih sulit dilakukan.

"Dalam implementasi yang terlihat adalah masih fokus kepada materi," ucap dia.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Revisi Buku PPKn Kelas VII yang Keliru Jelaskan Trinitas

Padahal kata Yogi, kompetensi sangat dibutuhkan oleh para lulusan. Dia memetakan, terdapat empat kompetensi di abad 21 yang dibutuhkan oleh para siswa, yaitu kolaboratif, komunikatif, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.

Kemendikbud-Ristek, kata Yogi, berusaha memasukkan kompetensi-kompetensi tersebut ditambah dengan pendidikan karakter dalam Profil Pelajar Pancasila Kurikulum Merdeka.

Profil pelajar pancasila itu terdiri dari 6 dimensi, yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; mandiri; bernalar kritis; kreatif; bergotong royong; dan berkebinekaan global.

"Jadi keenam dimensi ini yang kita rumuskan dalam kompetensi yang ada. Sebagai contoh, dalam kompetensi abad 21 kan ada kolaborasi dan komunikasi, itu sudah kita integrasikan dalam bergotong royong," jabar Yogi.

Baca juga: Anggota Komisi X Minta Kemendikbud Ristek Fokus Benahi Sarana dan Prasarana Sekolah

"Lalu, berpikir kritis itu sudah kita integrasikan, kita muat dalam bernalar kritis. Lalu, berpikir kreatif sudah ada di dalam dimensi bernalar kritis dan kreatif," imbuh Yogi.

Lebih lanjut Yogi menuturkan, Kurikulum Merdeka sendiri rencananya diberlakukan secara nasional pada tahun 2024-2025.

Adapun pada tahun 2022-2024, sekolah masih bisa memilih 3 kurikulum yang berbeda, yakni kurikulum 2013, kurikulum 2013 yang disederhanakan (kurikulum darurat), dan kurikulum merdeka.

"Kebijakan (penerapan Kurikulum Merdeka) ini juga tidak tiba-tiba. Terkait pemulihan pembelajaran karena fokus kita ke depan adalah meningkatkan kualitas karakter termasuk kualitas kompetensi dari peserta-peserta didik kita," jelas Yogi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com