Belum benar-benar jelas tentu tak berarti benar-benar tidak ada peluang. Tetap peluang masih terbuka secara lebar untuk Ganjar Pranowo.
Hanya saja, karena kapasitasnya sebagai kader PDIP yang jarang di-endorse oleh PDIP sendiri, membuat partai-partai lain masih menahan diri untuk membawa-bawa namanya. Sebut saja, misalnya, KIB.
Dengan capaian elektabilitasnya yang masih terbilang sangat ciamik, Ganjar Pranowo masih berpeluang menjadi calon nomor satu di KIB, didampingi oleh Airlangga Hartarto, misalnya.
Perpaduan mesin partai dan elektabilitas Ganjar Pranowo di KIB tentu akan membuat koalisi tersebut menjadi lebih berotot.
Pun di kubu Nasdem dan PKS, minus Demokrat. Peluang mempertemukan aspirasi Surya Paloh masih terbuka, yakni menduetkan Anies dan Ganjar Pranowo, cukup dengan tambahan satu partai menengah lagi, untuk menutupi absensi Partai Demokrat.
Begitu pula, misalnya, jika Ganjar ternyata tak berhasil menjadi calon presiden dari PDIP, Gerindra dan PKB masih berpeluang mengusung Ganjar Pranowo, dengan konsesi-konsesi tertentu antara Ganjar dan Cak Imin misalnya, meskipun peluangnya tidak terlalu besar alias sangat tipis.
Tapi kalkulasi semacam itu hanya sekadar utak-atik persamaan politik sementara waktu, berdasarkan variabel-variabel sementara perkembangan politik nasional.
Walhasil, bayangan politik yang memantul masih belum berpihak kepada Ganjar Pranowo. Belum tampak peluang potensial jika ternyata Ganjar Pranowo tak didorong secara resmi oleh PDIP.
Tentu bukan hanya Ganjar Pranowo saja yang demikian. Anies pun sebenarnya tak jauh berbeda.
Bahkan beberapa waktu lalu, Direktur lembaga survey Cyrus Network berani bertaruh jika Anies tidak akan mampu menemukan partai yang akan mengantarkannya menjadi calon presiden 2024.
Hanya saja Anies sedikit lebih beruntung. Ada Nasdem dan PKS yang secara terang-terangan berani memperlihatkan kecenderungan dan preferensi politiknya kepada Anies.
Sementara Ganjar Pranowo masih berada dalam dilema. Partai-partai lain enggan menyebut namanya.
Bukan karena mereka tidak memiliki ketertarikan politik, tapi lebih karena enggan untuk berseteru dengan PDIP.
Sementara di sisi lain, partai PDIP di mana Ganjar Pranowo berkapasitas sebagai kadernya, juga masih berpuasa menyebutkan nama Ganjar Pranowo.
Tingginya raihan survei Ganjar Pranowo selama ini nampaknya belum menjadi prasyarat yang cukup bagi PDIP untuk secara terbuka memberikan respons positif.