Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Akademisi

Platform publikasi karya akademik dari akademisi Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk khalayak luas demi Indonesia yang semakin maju.

Kekuatan Publik dan Media dalam Kasus Pembunuhan Brigadir Yosua

Kompas.com - 12/08/2022, 07:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Aktivitas-aktivitas ini dilakukan hingga warganet memiliki wacana tersendiri soal kematian ini. Wacana ini ada yang bersifat positif maupun negatif.

Platform media sosial tampaknya menjadi acuan generasi Z untuk melihat perkembangan kasus ini. Kecepatan informasi di media sosial lebih dilirik ketimbang di media mainstream.

Padahal, sebelum media sosial ini benar-benar gencar, media mainstream masih menjadi rujukan utama.

Media mainstream menyusun agenda media dengan seleksi ketat, atau akrab disebut agenda setting.

Sementara itu, bila kita tengok kemunculan awal teori Agenda Setting, media memprioritaskan sebuah isu tertentu dan berupaya menjadikan isu tersebut menjadi agenda publik. Media berupaya kuat menjadikan isu tersebut bisa diperhatikan oleh publiknya.

Di era teknologi ini, agenda media pun dibentuk dari apa yang disebut dengan agenda diffusion (Weimman, G.,& Brosius, H., 2021).

Agenda diffusion ini tergantung dari keaktifan audiens menggunakan komunikasi interpersonal di media mereka. Agenda setting yang baru pun dibentuk dari pesan komunikasi yang dibentuk di dalamnya.

Menengok peristiwa pembunuhan Brigadir J, agenda publik di media sosial sangat mungkin memengaruhi agenda media (mainstream).

Para editor hingga jurnalis tak bisa lepas dari perbincangan publik di media sosial. Isu-isu pembunuhan Brigadir J banyak bertebaran di platform media sosial.

Komunikasi interpersonal antarwarganet saling terjalin mengomentari isu ini.

Postingan gambar dan tulisan muncul dengan wacana masing-masing yang akhirnya mengerucut pada perbincangan yang sama soal pembunuhan Brigadir J.

Bahkan wacana yang ditampilkan, mungkin saja bisa lebih cepat atau tidak ditampilkan di media mainstream.

Sayangnya wacana yang dimunculkan di media sosial belum tentu bisa diverifikasi kebenarannya.

Tidak adanya filter informasi ataupun seleksi isu membuat publik bisa berspekulasi masing-masing atas kasus ini.

Akibatnya, warganet bisa tergiring isu yang tidak benar. Persoalan ini menjadi peluang bagi media mainstream untuk bisa menggiring publik ke agenda yang benar.

Masyarakat masih berharap bahwa agenda media diperlukan untuk mengungkapkan kebenaran.

Kendati media mainstream juga mengumpulkan fakta dari perbincangan warga di media sosial, namun media mainstream ketat dengan seleksi informasi dan verifikasi.

*Dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com