Aktivitas-aktivitas ini dilakukan hingga warganet memiliki wacana tersendiri soal kematian ini. Wacana ini ada yang bersifat positif maupun negatif.
Platform media sosial tampaknya menjadi acuan generasi Z untuk melihat perkembangan kasus ini. Kecepatan informasi di media sosial lebih dilirik ketimbang di media mainstream.
Padahal, sebelum media sosial ini benar-benar gencar, media mainstream masih menjadi rujukan utama.
Media mainstream menyusun agenda media dengan seleksi ketat, atau akrab disebut agenda setting.
Sementara itu, bila kita tengok kemunculan awal teori Agenda Setting, media memprioritaskan sebuah isu tertentu dan berupaya menjadikan isu tersebut menjadi agenda publik. Media berupaya kuat menjadikan isu tersebut bisa diperhatikan oleh publiknya.
Di era teknologi ini, agenda media pun dibentuk dari apa yang disebut dengan agenda diffusion (Weimman, G.,& Brosius, H., 2021).
Agenda diffusion ini tergantung dari keaktifan audiens menggunakan komunikasi interpersonal di media mereka. Agenda setting yang baru pun dibentuk dari pesan komunikasi yang dibentuk di dalamnya.
Menengok peristiwa pembunuhan Brigadir J, agenda publik di media sosial sangat mungkin memengaruhi agenda media (mainstream).
Para editor hingga jurnalis tak bisa lepas dari perbincangan publik di media sosial. Isu-isu pembunuhan Brigadir J banyak bertebaran di platform media sosial.
Komunikasi interpersonal antarwarganet saling terjalin mengomentari isu ini.
Postingan gambar dan tulisan muncul dengan wacana masing-masing yang akhirnya mengerucut pada perbincangan yang sama soal pembunuhan Brigadir J.
Bahkan wacana yang ditampilkan, mungkin saja bisa lebih cepat atau tidak ditampilkan di media mainstream.
Sayangnya wacana yang dimunculkan di media sosial belum tentu bisa diverifikasi kebenarannya.
Tidak adanya filter informasi ataupun seleksi isu membuat publik bisa berspekulasi masing-masing atas kasus ini.
Akibatnya, warganet bisa tergiring isu yang tidak benar. Persoalan ini menjadi peluang bagi media mainstream untuk bisa menggiring publik ke agenda yang benar.
Masyarakat masih berharap bahwa agenda media diperlukan untuk mengungkapkan kebenaran.
Kendati media mainstream juga mengumpulkan fakta dari perbincangan warga di media sosial, namun media mainstream ketat dengan seleksi informasi dan verifikasi.
*Dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.