"Dilaporkan sudah ada setidaknya 5.681 sampel BA.4.6 dalam 3 bulan terakhir ini, dan juga sudah dimasukkan dalam database dari GISAID (Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data) yang sudah kita kenal luas," kata Tjandra.
Secara genomik kata Tjandra, subvarian BA.4.6 agak mirip dengan BA.4. Perbedaannya hanya pada mutasi spike atau tonjolan R346T.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini juga menyatakan belum ada bukti bahwa BA.4.6 akan menimbulkan penyakit lebih berat, dapat menghindar dari imunitas, atau resisten terhadap vaksin.
Dia berharap, masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dengan adanya subvarian baru. Sebab, subvarian memang akan ada dari waktu ke waktu.
Baca juga: Kemenkes Pastikan Subvarian Omicron BA.4.6 Belum Ada di Indonesia
"Tetapi, perkembangan ini juga tidak boleh dianggap remeh. Perlu diperiksa dengan amat cermat tentang kemungkinan ada tidaknya BA.4.6 di negara kita, apalagi di tengah kenaikan kasus sekarang ini," kata Tjandra.
Juru Bicara (Jubir) Kementerian Kesehatan RI, Mohammad Syahril mengatakan, subvarian Omicron BA.4.6 sampai saat ini belum terdeteksi di Indonesia.
"Belum ada," kata Syahril usai Peluncuran YouTube Health di Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Syahril menyebutkan bahwa subvarian Omicron yang baru memang masih belum terdeteksi di Indonesia.
Meski demikian, penting untuk meningkatkan kewaspadaan dan tetap menjalankan Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) sebagai bentuk protokol kesehatan.
(Penulis : Fika Nurul Ulya, Ellyvon Pranita | Editor : Icha Rastika, Bestari Kumala Dewi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.