Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdillah Toha
Pemerhati Politik

Pemerhati politik, sosial, ekonomi, agama

Anies Baswedan

Kompas.com - 01/08/2022, 10:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebaliknya, pencinta dan pembenci adalah mereka yang berkaca mata kuda yang tidak mampu melihat sang calon di luar persepsi sempitnya.

Oleh pecinta semuanya dianggap baik atau semuanya buruk di mata pembencinya. Bukan akal sehat yang digunakan, tetapi emosi sebagai penentu pilihannya. Inilah salah satu kelemahan berdemokrasi dan penyebab polarisasi dan perpecahan bangsa.

Kita semua masih ingat bahwa pilkada DKI 2017 antara petahana Ahok-Djarot lawan Anies- Sandiaga Uno, adalah pemilu yang sangat panas dan membelah pemilih secara emosional.

Berbagai isu agama dan identitas muncul dan mencapai puncaknya pada dijebloskannya Ahok kedalam bui secara tidak adil.

Panasnya pilkada ini berlanjut sampai pada pilpres 2019 antara Jokowi dan Prabowo. Perpecahan konstituen atas dasar identitas dan SARA ini rasanya masih berlanjut terus sampai sekarang, meski sudah agak mereda.

Oleh para pembenci Anies, semua kesalahan dibebankan kepadanya karena sebagian pendukungnya dikatakan ada di kelompok Islam garis keras seperti FPI, HTI, dan sejenisnya.

Padahal di putaran pertama Anies dikalahkan oleh petahana dan baru pada putaran kedua, ketika partai-partai pendukung AHY yang tersingkirkan di putaran pertama, Demokrat (netral?), PAN dan PPP mengalihkan dukungannya ke Anies-Uno, dia akhirnya menang.

Apa artinya itu? Artinya, pertama, suara kelompok keras pendukung Anies tidak cukup besar untuk bisa memenangkan Anies langsung pada putaran pertama. Kelompok garis keras ini suaranya lebih vokal dari kekuatan politiknya.

Kedua, suara kelompok gaduh yang tidak menentukan itu terbukti sekali lagi dengan kekalahan Prabowo yang juga didukung oleh kelompok sama dalam pilpres 2019.

Ketiga, salah satu kelemahan demokrasi liberal adalah kenyataan bahwa satu suara preman sama nilainya dengan satu suara profesor. Satu suara setan sama nilainya dengan satu suara malaikat.

Anies oleh pembencinya dituduh oportunis dan merekayasa dukungan kelompok garis keras Muslim.

Saya lebih percaya bahwa dukungan kelompok itu adalah prakarsa kelompok garis keras itu sendiri yang lebih bertujuan menghalangi Ahok jadi Gubernur terpilih daripada mendukung Anies.

Andai kata kelompok penggaduh berprakarsa mendukung pasangan Ahok-Djarot, apa kira-kira pasangan cagub itu akan menolaknya?

Politisi itu kerjanya mencari dukungan suara. Khususnya menjelang dan dalam pemilu. Karenanya, sulit untuk tidak mengkategorikan setiap politisi sebagai oportunis.

Yang sangat disayangkan, begitu kerasnya kecaman pembenci Anies sampai merambah pada rasisme.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com