Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr Kurniasih Mufidayati
Anggota DPR-RI

Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Anggota DPR RI dan dosen.

Hari Anak Nasional 2022: Babak Baru Penanganan Stunting Pasca-pandemi

Kompas.com - 27/07/2022, 14:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Padahal angaran dana transfer menjadi salah satu pilar penting dalam penanganan stunting.

Belum lagi kalau kita bicara dana desa yang pemanfaatannya seringkali tidak tepat dan banyak penyimpangan. Stunting masih dianggap persoalan elite dibanding persoalan ekonomi dan infrastruktur desa.

Dari aspek pelayanan dasar, pemerintah juga masih harus meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan imunisasi lengkap anak yang juga mengalami banyak kendala selama masa pandemi.

Upaya pemenuhan alat antropometri tersandar yang dibutuhkan oleh posyandu dengan kebutuhan mencapai 42.510 unit pada tahun 2022 melalui DAK Fisik juga berpotensi terkendala akibat alokasi anggaran yang belum efektif.

Demikian pula dengan imunisasi lengkap bagi bayi dan balita sebagai salah satu upaya pencegahan stunting. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada tahun 2021 baru sebesar 76,3 persen.

Pada tahun ini pemerintah meluncurkan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) sebagai upaya mengejar peningkatan cakupan imunisasi.

Namun sejauh ini, gema program BIAN kurang terasa di masyarakat. Apalagi di tengah kasus covid-19 yang kembali meningkat di mana masih ada masyarakat yang khawatir untuk datang ke fasilitas kesehatan.

Peningkatan kapasitas kader posyandu sebagai bagian dari strategi penanganan stunting juga masih berjalan di tempat karena sangat tergantung kebijakan daerah terhadap Posyandu.

Dari sisi pengelolaan sumber daya pangan, upaya menyediakan pangan yang lebih mudah dan murah bagi masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan gizi justru dihadapkan pada harga bangan pangan yang semakin tinggi dan ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan harga pangan.

Pemerintah juga belum memiliki program yang cukup kuat dan unggul dalam penyediaan akses air minum terutama di pedesaan.

Padahal penyediaan air bersih dan sanitasi juga menjadi pilar penting dalam penanganan stunting.

Dari sisi strategi dan kebijakan, apa yang sudah dibuat oleh pemerintah sudah sangat baik dengan menetapkan lima pilar penanganan stunting.

Demikian pula dengan menjadikan pendekatan keluarga sebagai inti penanganan stunting dan tidak semata-mata pendekatan kesehatan, karena anak adalah harapan keluarga.

Anak yang tumbuh dengan sehat dan baik akan menjadi harapan emas keluarga untuk perbaikan kehidupan.

Namun tantangan akan datang dari sejauh mana pemerintah bisa menjaga komitmen dengan strategi yang sudah dibuat dan konsisten dengan kebijakan.

Kebijakan alokasi anggaran menjadi batu ujian pertama dalam keseriusan pemerintah dalam penanganan stunting di masa pemulihan setelah pandemi yang semoga akan segera berakhir.

Selamatkan anak Indonesia dari stunting, untuk menghasilkan generasi emas dan angkatan kerja berkualitas di masa depan. Selamat Hari Anak Nasional 2022.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com