Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andreas Doweng Bolo
Dosen

Ketua Pusat Studi Pancasila Universitas Katolik Parahyangan

Menulis Ekonomi Indonesia di Tengah Krisis

Kompas.com - 23/07/2022, 07:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain itu Suharto memastikan mengikuti anjuran Barat dengan tidak menasionalisasikan aset-aset perusahaan asing di Indonesia (Lih. Florence Lamoureux, Indonesia-A Global Studies Handbook, hlm. 65-67).

Namun, lebih kurang 32 tahun kemudian, Presiden Suharto pada tanggal 15 Januari 1998, di Jalan Cendana menjadi pesakitan IMF.

Namun, sang dokter kali ini tak membawa “kesembuhan” sebagaimana tahun 1966/1967, tetapi membawa Indonesia atau lebih tepat rezim Suharto pada ambang kehancuran.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya 21 Mei 1998, Presiden Suharto mundur di tengah krisis ekonomi dan kerusuhan yang melanda beberapa kota di Indonesia.

Berguru pada Bung Hatta

Ekonomi menjadi satu basis penting bangunan sebuah bangsa dan negara. Dan basis ekonomi seperti apakah yang perlu terus diperkuat?

Barangkali di tengah kemajuan ilmu ekonomi yang semakin canggih di abad ini dengan tantangan yang lebih kompleks membuat para ilmuwan termasuk ilmuwan ekonomi terus mengkaji berbagai kemungkinan.

Namun adalah baik juga melihat kembali gagasan Hatta, tokoh bangsa ini. Dalam berbagai tulisan Hatta tetap pada prinsip dasar yang tertuang pada Pasal 33 UUD Negara RI tahun 1945.

Prinsip itu oleh Hatta diuraikan dalam tiga aspek (Tiga Aspek ini Lih. Moh. Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi, hlm. 265-283), yaitu pertama terkait ideologi; kedua soal praktik; dan ketiga soal koordinasi.

Soal ideologi, Hatta menandaskan bahwa bangunan ekonomi Indonesia berdiri di atas dasar cita-cita tolong-menolong, cita-cita kekeluargaan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 33, yaitu dasar koperasi.

Prinsip tolong-menolong, solidaritas ini berhadapan langsung dengan individualisme yang menjadi basis ekonomi kapitalisme.

Hatta melukiskan sikap individualisme sebagai sikap perorangan yang mengutamakan diri sendiri dan mendahulukan kepentingan diri sendiri dari kepentingan orang lain.

Kalau perlu mencari keuntungan bagi diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain.

Berlainan dengan sikap tersebut, Bung Hatta mengedepankan sikap individualita, yaitu menjadikan manusia insaf akan harga dirinya, dan bertekad kuat membela kepentingan koperasi (Lihat Karya Lengkap Bung Hatta-Buku 4, hlm. 237-238).

Kedua, soal Praktik, Hatta menandaskan tentang membarui tenaga produktif. Bagi Hatta pekerjaan ini berat dan sukar, tetapi wajib didahulukan dari segala-galanya.

Karena pembaruan tenaga produktif itulah dasar pembangungan ekonomi Indonesia (Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi, hlm. 273).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Nasional
Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Nasional
KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Nasional
195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

Nasional
Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Nasional
Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com