Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Ini Bukan Gelombang Covid-19 Terakhir jika Masyarakat Abai Prokes

Kompas.com - 22/07/2022, 12:59 WIB
Fika Nurul Ulya,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyatakan, gelombang subvarian Omicron tidak akan jadi gelombang Covid-19 terakhir atau subvarian terakhir jika masyarakat masih memberi ruang pada virus tersebut untuk bermutasi dengan tidak mematuhi protokol kesehatan.

"Ini bukan gelombang terakhir. Ini bukan juga varian atau subvarian terakhir selama kita masih memberi ruang pada virus ini untuk bermutasi," ucap Dicky kepada Kompas.com, Rabu (20/7/2022).

Peneliti Global Health Security ini mengatakan, lamanya masa krisis atau masa rawan Covid-19 bergantung pada penanganan virus di dalam negeri.

Baca juga: Soal Omicron BA.2.75, Pemerintah Diminta Perkuat Testing dan Tracing

Artinya, bila masyarakat masih abai terhadap protokol kesehatan, masa krisis bisa lebih panjang.

Ditambah, munculnya subvarian Omicron BA.2.75 di tengah gelombang subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang belum mencapai puncaknya. 

Saat ini saja, prediksi Dicky, masa krisis Covid-19 di Indonesia bakal berlangsung hingga bulan Oktober 2022.

"Kehadiran BA.2.75 berpotensi memperpanjang durasi gelombangnya. Makanya saya sampaikan potensi masa krisis kita sampai Oktober," kata dia.

Virus lebih mengancam

Lebih lanjut Dicky menyampaikan, subvarian Omicron BA.2.75 lebih mengancam dibanding subvarian lain lantaran memiliki kemampuan infeksi dan penularan yang jauh lebih cepat.

Baca juga: Berbahayakah Varian Omicron Centaurus?

Pertumbuhan virus pun jauh lebih cepat dibanding BA.4 dan BA.5.

Fenomena cepatnya penularan ini tecermin di India. Di negara tersebut, virus sudah berkembang pada bulan Juni setelah terdeteksi masuk di bulan Mei 2022.

Di samping itu, varian BA.2.75 mampu menginfeksi ulang (reinfeksi) orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 dan orang yang sudah mendapat vaksin dosis ketiga (booster).

"Ancamannya ada, jelas. serius, terutama untuk kelompok yang berisiko tinggi. Bukan hanya lansia, tapi yang komorbid, dan anak di bawah 5 tahun termasuk," kata dia.

Baca juga: Ancaman Omicron BA.2.75 Serius, Semua Pihak Diminta Waspada

Kendati begitu, kata Dicky, vaksinasi tetap menjadi langkah yang paling efektif melawan subvarian Omicron BA.2.75.

 

Meskipun tidak menjamin bebas dari penularan, gejala yang ditimbulkan bagi orang yang sudah divaksin jauh lebih ringan.

Sebab, tubuh orang yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap akan memproduksi antibodi untuk melawan virus tersebut.

"Kabar baiknya adalah vaksin tetap efektif dalam mencegah keparahan kematian. Vaksin itu bisa mengurangi sedikit kecepatan penularan," ujar Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com