JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyatakan, gelombang subvarian Omicron tidak akan jadi gelombang Covid-19 terakhir atau subvarian terakhir jika masyarakat masih memberi ruang pada virus tersebut untuk bermutasi dengan tidak mematuhi protokol kesehatan.
"Ini bukan gelombang terakhir. Ini bukan juga varian atau subvarian terakhir selama kita masih memberi ruang pada virus ini untuk bermutasi," ucap Dicky kepada Kompas.com, Rabu (20/7/2022).
Peneliti Global Health Security ini mengatakan, lamanya masa krisis atau masa rawan Covid-19 bergantung pada penanganan virus di dalam negeri.
Baca juga: Soal Omicron BA.2.75, Pemerintah Diminta Perkuat Testing dan Tracing
Artinya, bila masyarakat masih abai terhadap protokol kesehatan, masa krisis bisa lebih panjang.
Ditambah, munculnya subvarian Omicron BA.2.75 di tengah gelombang subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang belum mencapai puncaknya.
Saat ini saja, prediksi Dicky, masa krisis Covid-19 di Indonesia bakal berlangsung hingga bulan Oktober 2022.
"Kehadiran BA.2.75 berpotensi memperpanjang durasi gelombangnya. Makanya saya sampaikan potensi masa krisis kita sampai Oktober," kata dia.
Virus lebih mengancam
Lebih lanjut Dicky menyampaikan, subvarian Omicron BA.2.75 lebih mengancam dibanding subvarian lain lantaran memiliki kemampuan infeksi dan penularan yang jauh lebih cepat.
Baca juga: Berbahayakah Varian Omicron Centaurus?
Pertumbuhan virus pun jauh lebih cepat dibanding BA.4 dan BA.5.
Fenomena cepatnya penularan ini tecermin di India. Di negara tersebut, virus sudah berkembang pada bulan Juni setelah terdeteksi masuk di bulan Mei 2022.
Di samping itu, varian BA.2.75 mampu menginfeksi ulang (reinfeksi) orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 dan orang yang sudah mendapat vaksin dosis ketiga (booster).
"Ancamannya ada, jelas. serius, terutama untuk kelompok yang berisiko tinggi. Bukan hanya lansia, tapi yang komorbid, dan anak di bawah 5 tahun termasuk," kata dia.
Baca juga: Ancaman Omicron BA.2.75 Serius, Semua Pihak Diminta Waspada
Kendati begitu, kata Dicky, vaksinasi tetap menjadi langkah yang paling efektif melawan subvarian Omicron BA.2.75.
Meskipun tidak menjamin bebas dari penularan, gejala yang ditimbulkan bagi orang yang sudah divaksin jauh lebih ringan.
Sebab, tubuh orang yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap akan memproduksi antibodi untuk melawan virus tersebut.
"Kabar baiknya adalah vaksin tetap efektif dalam mencegah keparahan kematian. Vaksin itu bisa mengurangi sedikit kecepatan penularan," ujar Dicky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.