"Kalau mau berkomunikasi, kita selalu terbuka. Jadi kalau ada yang bermasalah, masalahnya bukan di Demokrat,” tutur Andi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/7/2022).
Senada dengan Herzaky, menurut Andi, Demokrat selalu membuka diri dengan segala kemungkinan dalam urusan koalisi.
“Kami selalu terbuka, kalau tidak mau berkoalisi ya tidak apa-apa. Tidak phateken (tidak rugi) kata orang Jawa Timur,” akunya.
Baca juga: Soal Upaya Pertemuan Puan-AHY, Demokrat: Kalau Mau Berkomunikasi, Kita Selalu Terbuka
Sambutan hangat atas manuver PDI-P juga ditunjukkan oleh PKS. Ketua Departemen Politik DPP PKS Nabil Ahmad Fauzi mengungkapkan, partainya selalu terbuka ke partai lain yang ingin bersilaturahmi.
"PKS sangat welcome. Jangankan didatangi, PKS saja sudah duluan keliling silaturahim ke rumah setiap partai, termasuk PDI-P," kata Nabil saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/7/2022).
Nabil mengungkapkan, PKS bakal menerima rencana silaturahmi Puan, baik sebagai Ketua DPP PDI-P maupun Ketua DPR.
Dia mengeklaim, partainya konsisten menyuarakan pentingnya kolaborasi dan sinergi dalam membangun bangsa, meski mengambil posisi yang berbeda di pemerintahan.
"Bagi kami, tidak ada sekat yang membatasi komunikasi politik kami dengan semua elemen politik manapun di negeri ini," katanya.
Merespons ini, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai bahwa rencana silaturahmi PDI-P ke seluruh partai politik merupakan langkah progresif untuk menghadirkan pendidikan politik yang sehat.
Namun begitu, menurut Umam, peluang kerja sama PDI-P dengan Demokrat lebih terbuka lebar ketimbang PDI-P dan PKS. Ini karena faktor kedekatan ideologi.
Umam berpendapat, PDI-P dan Demokrat tidak memiliki perbedaan ideologi. Keduanya sama-sama nasionalis dan juga dekat dengan elemen Islam moderat.
"Karena itu, pertemuan Puan dan AHY nantinya harus bisa menyudahi tradisi politik dendam," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (13/7/2022).
Baca juga: Puan Disebut Bakal Temui Semua Ketum Parpol, PKS Sambut Baik
Sementara, menurut Umam, PDI-P dan PKS sulit untuk bergandengan. Sebab, perbedaan ideologi kedua partai sangat ekstrem.
Masing-masing menempati posisi pada poros kutub ideologi yang berbeda, PKS di sisi kanan dan PDI-P di sebelah kiri.
"Karena itu, perlu ada dialog ideologis untuk menemukan ruang interaksi dan titik temu paradigmatik. Meskipun itu sulit, namun ikhtiar itu tetap harus dilakukan," ujar Umam.
Umam menilai, bersatunya PDI-P dan Demokrat hanya membutuhkan itikad baik dari pelite kedua partai. Megawati dan SBY harus mampu mengikis keengganan berkomunikasi akibat dinamika politik masa lalu.
"Sudah waktunya untuk harus saling memaafkan dan saling menguatkan satu sama lain," katanya.
Di sisi lain, lanjut Umam, relasi antara PDI-P dan PKS ibarat air dan minyak, tidak mudah disatukan karena garis perbedaan signifikan pondasi ideologi.
"Karena itu, ruang dialog perlu terus diupayakan untuk menghadirkan langkah-langkah moderasi, agar polarisasi di antara keduanya bisa terjembatani," tutur dosen Universitas Paramadina itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.