Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Indonesia Negara yang “Kurang Baik”

Kompas.com - 08/07/2022, 08:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Karena suatu negara berbeda dengan negara lain dalam hal kemajuan ekonominya, sedangkan kemajuan ekonomi memungkinkan suatu negara berbuat “lebih baik” daripada negara lain yang ekonominya kurang maju, maka besar ekonomi suatu negara (diukur dengan produk domestik bruto/PDB) ikut diperhitungkan.

Nilai dari beberapa indikator dibagi dengan PDB terlebih dahulu untuk menghilangkan faktor kemajuan negara.

GCI 2022 adalah publikasi kelima (versi 1.5), sejak edisi 2014 (versi 1.1).

Peringkat Indonesia

Indonesia ternyata bukan negara yang “cukup baik” dalam penilaian GCI. Peringkat Indonesia dalam GCI 2022 adalah ke-83 dari 169 negara, atau berada di urutan tengah.

Peringkat Indonesia ini mengalami penurunan dari posisi tahun 2014 saat GCI pertama kali dipublikasikan, yaitu ke-82 dari 163 negara.

Indonesia menempati peringkat sangat rendah dalam kategori iptek (ke-161) dan kategori lingkungan (ke-112). Sedangkan peringkat tertinggi Indonesia adalah dalam kategori perdamaian dunia (ke-45).

Di antara negara-negara ASEAN, Singapura adalah negara “paling baik” (ke-25), disusul Malaysia (ke-48) dan Thailand (ke-56).

Sedangkan Filipina (ke-87) dan Vietnam (ke-120) “kurang baik” dibandingkan Indonesia.

Dengan negara-negara berpenduduk banyak, tingkat “kebaikan” Indonesia juga lebih rendah: India (ke-52), China (ke-69) dan Brasil (ke-62).

Dapat diduga bahwa negara-negara “paling baik” di dunia adalah negara-negara Eropa/Barat, dengan tiga negara “terbaik” adalah Swedia, Denmark, dan Jerman.

Negara super power Amerika Serikat berada di posisi ke-46, jauh dari kelompok negara “terbaik” karena kategori perdamaian dunia mendapat nilai yang rendah (ke-127).

Adapun Rusia, yang sedang gencar memerangi negara tetangganya, berada pada urutan ke-54, masih lebih “baik” dari 100-an negara lain.

Sedangkan Ukraina berada pada urutan ke-57. Ukraina adalah negara “terbaik” dunia dalam hal kontribusi untuk iptek pada FCI 2022.

Menjadi lebih baik

Kita tentu ingin Indonesia menjadi negara “yang baik”, yang peduli dan terlibat aktif dalam meringankan masalah global yang dihadapi umat manusia dan lingkungan hidupnya.

Peringkat Indonesia dalam GCI 2022 yang sedang-sedang saja itu tentu bukan keinginan kita.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com