Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ratusan Kilogram Kokain Tak Bertuan di Perairan Indonesia

Kompas.com - 08/07/2022, 05:01 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

Krisno mengatakan, modus operandi membuang kokain di laut atau perairan bukan hanya terjadi di Indonesia. Namun, ini juga pernah ditemukan di beberapa negara lain.

Ia juga mengatakan, berdasarkan data Dittipidnarkoba Bareskrim, Indonesia bukan negara tujuan peredaran gelap kokain di dunia.

“Karena jenis narkotika yg banyak disalahgunakan di Indonesia adalah ganja, sabhu (meth), MDMA (pil ekstasi) dan bahan psikoaktif lainnya,” imbuh dia.

Rawan

Menurut peneliti dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto, wilayah perairan Indonesia memang sangat rawan menjadi jalur penyelundupan narkoba.

"Jalur-jalur laut tentunya sangat rawan penyelundupan. Setelah Belawan, Anambas ini tentu salah satu jalur yang digunakan selain banyak jalur yang lain, mengingat garis pantai kita yang sangat panjang," kata Bambang saat dihubungi Kompas.com, Kamis (7/7/2022).

Soal mengapa paket narkoba itu dibiarkan, menurut Bambang ada kemungkinan hal itu dilakukan buat mengelabui petugas.

Baca juga: Wakasal Duga Kokain 179 Kilogram yang Ditemukan di Selat Sunda Sengaja Dibuat Mengapung

Sebab, jumlah paket yang terkatung-katung di perairan jumlahnya sangat besar dan menurut dia ada sesuatu hal yang janggal.

"Soal cara dibuang dan dijemput tentunya seorang pelaku kejahatan tak mungkin senaif itu, apalagi ini dalam jumlah yang sangat besar," ucap Bambang.

Modus lama

Menurut mantan Direktur Badan Narkotika Nasional (BNN) Benny Mamoto, modus menyelundupkan narkoba dengan cara membuangnya ke perairan Indonesia adalah modus lama.

"Modus tersebut sudah lama. Cara memutus rantai dengan meninggalkan bungkusan narkoba di laut yang sudah agak dangkal dan kemuduan diambil koordinatnya dan nanti ada yang ambil," kata Benny saat dihubungi Kompas.com.

Benny juga membenarkan wilayah perairan Anambas menjadi salah satu lokasi penyelundupan narkoba ke Indonesia.

Baca juga: TNI AL Gagalkan Penyelundupan 179 Kilogram Kokain di Selat Sunda

Sedangkan modus lainnya menurut Benny adalah dengan menggantung paket narkoba di bawah lambung kapal nelayan.

"Supaya kalau digeledah tidak ditemukan. Ada juga modus bungkusan, setelah sampai di pantai langsung dikubur di semak-semat, diambil koordinatnya, dan nanti ada yang ambil," ucap Benny.

Menurut Benny, narkoba yang diselundupkan melalui jalur laut ke Indonesia berasal dari berbagai negara. Mulai dari Asia Tenggara, China, Iran, hingga Afghanistan.

"Sindikatnya juga ada dari beberapa negara, bisa China, Iran, Afganistan, Nigeria," ujar Benny.

(Penulis : Achmad Nasrudin Yahya, Rahel Narda Chaterine | Editor : Bagus Santosa, Krisiandi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com