Konflik antaretnis itu membuat Republik Federal Sosialis Yugoslavia pecah menjadi beberapa negara.
Sebelum bertandang ke Bosnia, Presiden Soeharto mengawali perjalanannya ke wilayah Balkan itu, dia sempat mampir ke Kroasia yang sudah memerdekakan diri dari Yugoslavia.
Soeharto tiba di Zagreb, Kroasia pada 13 Maret 1995 guna menghadiri KTT Pembangunan Sosial.
Di sana Soeharto bertemu dengan Presiden Franjo Tudman dan Perdana Menteri Nikica Valentic di Istana Dvetce.
Soeharto kemudian mengikuti kegiatan makan malam dan kembali ke hotel. Di saat itulah dia menyampaikan niatnya untuk mengunjungi Sarajevo, Bosnia.
Seluruh rombongan pun kaget, termasuk Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono.
Keinginan Soeharto itu disampaikan kepada Sjafrie Sjamsoeddin. Saat itu dia menjadi Komandan Grup A Paspampres yang ikut ke Zagreb.
Situasi Sarajevo saat itu sangat mencekam. Kota yang berada di lembah itu dikepung oleh pasukan Serbia.
Baca juga: Amankan Jokowi di Ukraina dan Rusia, Paspampres Siapkan Helm, Rompi, hingga Senjata Laras Panjang
Bahkan Sarajevo menjadi "arena" para penembak runduk (sniper) pasukan dan gerilyawan Serbia berburu sasaran.
Mereka tidak segan menembaki warga sipil hingga pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dalam buku Pak Harto, The Untold Stories (2011), Sjafrie saat itu menyampaikan kalau situasi Sarajevo sangat berbahaya. Bahkan pesawat yang mengangkut utusan khusus PBB Yasushi Akashi ditembaki ketika akan tiba di Sarajevo.
Walau diserang, Yasushi dan rombongannya saat itu selamat.
Karena hal itu juga panglima pasukan penjaga perdamaian PBB untuk Bosnia (UNPROFOR), Jenderal Bernard Janvier, sempat tidak mengizinkan Soeharto berkunjung ke Sarajevo.
Karena tekad sudah bulat, Soeharto pun tetap berangkat ke Sarajevo. Bernard juga akhirnya mengalah tetapi dia menyampaikan PBB tidak bisa menjamin keselamatan Soeharto.
Sebelum naik ke pesawat, Soeharto dan rombongan diminta meneken surat "kontrak mati". Yakni perjanjian yang isinya PBB tidak bisa menjamin keselamatan Soeharto dan rombongan dalam perjalanan itu.