Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wakapolri: Orang Boleh Beda Pilihan, tapi Jangan Buat Hoaks dan Ujaran Kebencian

Kompas.com - 16/06/2022, 17:00 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Kepala Kepolisian Negara (Waka Polri) Republik Indonesia Pol Gatot Eddy Pramono mengingatkan soal potensi kerawanan konflik dalam pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024.

Ia mengatakan, masyarakat boleh memiliki perbedaan politik, namun jangan sampai hal itu berujung konflik dan perpecahan.

"Dalam demokrasi orang boleh berbeda pilihan tapi jangan karena berbeda pilihan kemudian kita membuat satu black campaign, kita buat berita hoak, ujaran kebencian yang menimbulkan konflik antara dua kelompok," kata Gatot dalam Rapat Koordinasi dengan Penjabat Pj Kepala Daerah, di Gedung Kemendagri, Jakarta, Kamis (16/6/2022).

Ia mengajak para penjabat kepala daerah untuk meminimalisir setiap potensi yang bisa berkembang menjadi gangguan kemanan.

Baca juga: Polri Siapkan “Cooling System” Antisipasi Konflik Saat Pemilu Serentak 2024

Gatot mengatakan, dalam pemilu dapat berkembang berbagai potensi kerawanan konflik, di antaranya black campaign, hate speech (ujaran kebencian), hasutan, serta kebohongan yang jika disampaikan secara terus menerus akan menjadi fenomena post truth.

"Orang tak lagi percaya kepada fakta dan data yang ada, tapi percaya kepada persepsi-persepsi yang dimunculkan secara terus menerus melalui medsos atau pun yang lainnya, sehingga bisa menimbulkan konflik," tambah dia.

Gatot juga meminta setiap kepala daerah ikut menjaga netralitas selama jalannya pemilu.

Lebih lanjut, ia juga menyinggung soal potensi munculnya politik identitas, yang juga perlu dihindari.

"Ini tolong bapak ibu sekalian menjadi perhatian, kita ajak terus, imbau terus bersama-sama untuk menghindari ini terjadinya politik identitas, berita-berita hoaks, ujaran kebencian, ini yang harus kita betul-betul antisipasi bersama," tegasnya.

Baca juga: Mahfud Minta Pj Kepala Daerah Kawal Pelaksanaan Pemilu Serentak dan Waspadai Konflik Politik Identitas

Dalam kesempatan yang sama, ia menyarankan para penjabat kepala daerah untuk membuat cooling system atau sistem pendingin guna mengantisipasi konflik saat pemilu.

Polri, kata dia, juga memiliki Satuan Tugas (Satgas) Nusantara yang akan dioperasikan untuk melakukan cooling system bersama dengan stakeholders terkait.

Adapun menurut Gatot, tujuan dari cooling system tersebut untuk mengalihkan perhatian masyarakat, bukan menghambat masyarakat berdemokrasi.

"Kita perlu cooling sistem, makanya nanti bersama-sama mungkin nanti dari Pak Kapolda dengan Forkompimda dan stakeholders terkait, kemudian kapolres, juga dandim, dengan bupati, walikota, dan forkompimda-nya membuat suatu cooling system," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com