Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dens Saputra
Dosen

Menulis adalah seni berbicara

Kasi Flava: Gaya Politik Populer Demokrasi Elektoral

Kompas.com - 15/06/2022, 11:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perlahan tapi pasti jembatan menuju 2024 mulai diisi dengan praktik-praktik sandiwara politik seperti ini.

Fenomena politisi memainkan data sebagai basis argumentasi juga akan nampak dalam cerita menuju pemilu 2024.

Sehingga kekuatan data menjadi salah satu kunci menarik pemilih rasional yang sebenarnya perlahan skeptis dengan praktik elektoral saat ini.

Warga dan posisi politiknya

Kehidupan politik di era ini layaknya pertandingan Kasi Flava. Segala kemungkinan digunakan untuk merauk simpati publik.

Tontonan politik menuju 2024 menjadi menarik karena publik sulit menafsirkan aktor politiknya berpihak kepada keadilan atau keuntungan.

Beberapa survei sudah dikeluarkan untuk melihat elektabilitas aktor politik yang digadang – gadang menjadi capres 2024.

Misalkan, Lembaga Survei Charta Politika Indonesia merilis 10 tokoh yang menjadi capres mendatang. Elektabilitas tiga tokoh teratas adalah Ganjar Pranowo (36,5 persen), Prabowo Subianto (24,9 persen) dan Anies Baswedan (24,9 persen).

Tentunya ketiga tokoh tersebut memiliki jalan konseptualnya masing–masing dan kekuatan pendukung “garis keras” di berbagai daerah.

Data survei perlu untuk memantau seberapa jauh kekuatan seorang aktor dalam memengaruhi pemilih.

Tetapi dalam politik, hal tidak terduga bisa saja terjadi sebagai bentuk kebebasan pemilih. Misalkan saja dalam survei seorang pemilih menentukan pilihannya kepada aktor A, tetapi ketika di bilik suara pilihannya diganti menjadi aktor B.

Semua kemungkinan bisa terjadi kalau kita melihat demokrasi elektoral republik ini sebagai politik praktis warga. Eksistensi warga sebagai aktor pemilih tentu diuji untuk menjaga kualitas demokrasi.

Kita tahu bahwa kekuatan demokrasi Indonesia tidak hanya berada lingkaran elite, tetapi juga di pundak warga sebagai aktor pemilih yang menentukan pemimpinnya di masa mendatang.

Oleh karena itu, warga secara tidak sadar dibentuk untuk sadar politik dan peduli kepada bangsanya melalui pemilu lima tahun sekali.

Tidak sampai di situ, warga juga memiliki andil dalam mengontrol kebijakan pemerintah agar tidak koruptif dan berpihak kepada kekuasaan.

Saat ini warga memiliki kebebasan untuk menyampaikan aspirasi, meskipun ada rambu – rambu yang harus ditaati.

Pada prinsipnya kita memiliki cara masing-masing untuk menumbuhkan demokrasi ke arah yang lebih baik.

Polarisasi warga sudah menjadi fenomena biasa ketika memasuki tahun politik. Masing-masing kelompok memiliki referensi tersendiri untuk mendukung politisinya.

Ada banyak indikator untuk mengetahui keberpihakan warga kepada dukungannya, misalkan tokoh populis, tokoh agamis, dan tokoh nasionalis.

Atau referensi kebudayaan seperti ramalan Jaya Baya tentang pemimpin Indonesia yang menjadi rujukan warga memilih pemimpinnya. Semua itu bisa terjadi dalam politik elektoral bangsa Indonesia.

Tetapi apapun referensinya, sebagai bangsa kita tentu berharap bahwa alur bernegara kita tidak terpecah hanya karena kepentingan politik setiap lima tahun.

Sebagai pemilih yang baik tentu kita berharap siapapun pemimpinnya berpihak kepada cita-cita bangsa dan memberikan kesejahteraan kepada semua kalangan tanpa pandang warna politiknya.

Itulah Indonesia, negara hebat yang dapat menyatukan berbagai bahasa, budaya, dan suku dalam lindungan NKRI.

Seharunya kita bisa seperti pendahulu yang mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi. Tidak menjadi Kasi Flava hanya dengan gaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com