Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Ende, Bung Karno, dan Lahirnya Pancasila

Kompas.com - 06/06/2022, 14:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bung Karno sedikit sekali memiliki akses untuk berkorespondensi dengan para rekan pejuang yang berada di Pulau Jawa dan para pejuang di pulau-pulau lainnya di Nusantara.

Hal tersebut membuat ia merasa sendirian dan kesepian serta seakan telah kalah dari Belanda.

Ia berpikir bahwa apa yang telah diperjuangkan bersama rekan-rekannya menjadi sesuatu yang tak berguna. Lenyap begitu saja hingga tak menyisakan apa-apa.

Setiap hari, Bung Karno banyak menghabiskan waktu untuk menyendiri di dalam kamar, shalat, atau ke kamar meditasi. Ia juga lebih banyak berdiam diri.

Inggit tidak tahan melihat Bung Karno yang selalu tampak murung, tak bertenaga dan sering melamun, bahkan kadang-kadang menangis, meratapi nasibnya.

Ibu Inggit berusaha membuat suaminya agar bisa terus bersemangat dan meneruskan perjuangan menuju kemerdekaan.

Keadaan menjadi makin sulit ketika Bung Karno terserang penyakit Malaria.
Namun Inggit terus memberikan peneguhan dan terus merayu Bung Karno untuk berbicara dan tetap bersemangat.

Akhirnya, pada suatu malam, Inggit berhasil membuat suaminya berjanji untuk tidak menyerah. Berjanji untuk terus berjuang meraih kemerdekaan Indonesia.

Bung Karno pun perlahan-lahan bangkit dari perasaan ‘kalah’. Ia kemudian mulai menjalin persahabatan dengan warga setempat yang umumnya kaum rakyat jelata yang hidup dalam kesederhanan.

Meski demikian, Kampung Ende memiliki latar belakang sejarah yang panjang. Warganya pun berasal dari suku dan budaya yang beragam.

Sumber-sumber tertulis mengenai awal mula Kampung Ende sangat minim. Namun, berdasarkan catatan yang dibuat oleh peneliti Belanda, S. Roos berjudul ‘Iets Over Ende” dan catatan Kontroleur Onderafdeling Belanda, Van suchtelen berjudul ‘Onderafdeling Ende” terkuak informasi mengenai mitos leluhur orang Ende yang beragam.

Dijelaskan warga Ende memiliki para leluhur pluralis dan multukulturalis karena merupakan campuran dari turunan warga lokal Embu Roru dan Modo, Dori Woi, Kuraro seorang dari Jawa yang datang mengendarai ikan paus, dan seorang China bernama Maga Rinu.

Pada masa yang lebih mudah kemudian Ende juga didatangi oleh para saudagar dari Gujarat, China, Majapahahit/Jawa, Portugis, dan Belanda.

Dari segi agama, warga Ende berkenalan dengan agama Hindu (Majapahit), Islam (Jawa, Bima (Goa), Katolik (Portugis) dan Protestan (Belanda) (Bdk.ANRI, 2017).

Pada masa pengasingan Bung Karno, warga Ende umumnya menganut agama Islam dan Katolik, dan sebagian masih berkutat dengan kepercayaan tradisional.

Dari sisi status sosial sebagaian besar warga Ende kala itu adalah para petani dan nelayan, ada yang menjadi pedagang kecil, buruh pelabuhan, pegawai Belanda, guru, dan misionaris Katolik.

Bung Karno bergaul dan bersahabat dengan banyak warga dari berbagai kalangan itu, termasuk dengan para misionaris yang umunya berkebangsaan Belanda.

Belakangan para misionaris Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini/SVD) itu menjadi teman diskusi, dan buku perustakaan biara St Yosef, menjadi tempat Bung Karno menghabiskan banyak waktu untuk membaca berbagai buku, baik itu buku filsafat, agama dan politik serta kebudayaan, karena tempat tinggal para misionaris hanya sekitar 400 meter dari rumah Bung Karno.

Tak cuma itu. Bung Karno pun memperoleh izin untuk menggunakan gedung ‘Immaculata’, sebuah gedung serba guna yang terletak tak jauh dari rumah biara, sebagai tempat pementasan 13 tonil hasil karyanya selama berada di Ende.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com