Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Sepatu untuk Para Politisi

Kompas.com - 06/06/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Partai bukan penjual suara rakyat, tapi pembela dan penyambung. Dari partai, kemudian masuk ke lembaga perwakilan, dan menjadi kebijakan-kebijakan. Dari partai, ideologi kebangsaan ditebar ke pemilih.

Dari partai, pemahaman negara bangsa Indonesia ditanamkan secara edukatif ke dalam memori pemilih.

Dan dari partai, semangat persatuan dan toleransi disalurkan ke kantong-kantong pemikiran pemilih. Dan banyak lagi tugas lainya. Demikian lah semestinya peran partai.

Apakah rakyat peduli? Bagi rakyat, partai tak penting. Oleh karena itu, partai lah yang harus menyadarkan dirinya bahwa demokrasi sangat bergantung kepada partai.

Rusak partainya, rusak pula demokrasinya. Semakin transaksional partainya, semakin transaksional demokrasinya. Sesederhana itu saja.

Jika partai tak paham justifikasi etis, justifikasi logis, dan justifikasi moral keberadaanya, maka demokrasi Indonesia sedang menuju kehancuran.

Politisi-politisi harus mengenali tanda-tanda kehancuran demokrasi. Ketidakpercayaan rakyat kepada partai dan parlemen yang tinggi adalah tanda yang harus disikapi segera. Politisi harus mampu membuktikan bahwa demokrasi layak dipertahankan.

Jika tidak, demokrasi hanya akan menjadi ajang gontok-gontokan di satu sisi dan ajang negosiasi jangka pendek di sisi lain.

Demokrasi akan ditarik ulur sesuai kepentingan oligarki, akan disodori wacana tiga periode atau perpanjangan masa jabatan penguasa.

Demokrasi akan menjadi wadah untuk bergoyang atas nama politik identitas yang sekaligus menjadi sarang korupsi kelas tinggi.

Oleh karena itu, jika bukan politisi yang menebar kesadaran demokrasi, lantas siapa lagi? Jika politisi justru memperalat demokrasi, maka selesai sudah urusan demokrasi.

Karena apa? Karena di tangan-tangan mereka keputusan diambil. Jika pemimpin dan politisi membuang muka dari kesejatian demokrasi, maka harapan rakyat sudah tamat.

Maka jangan minta rakyat untuk berharap, untuk berdoa, untuk berpandangan positif terhadap sistem yang berjalan, jika dari pemimpin dan politisi pun harapan itu sebenarnya tiada, hanya janji dan citra palsu, maka rakyat pun tak etis untuk diminta berharap.

Jadi berhentilah bergoyang atas nama demokrasi hanya untuk mendapatkan perhatian dan pupolaritas. Karena rakyat tak sebodoh yang dibayangkan.

Bahkan ketika George W Bush menginvasi Irak atas nama demokrasi, hak-hak asasi, dan pembebasan dari cengkraman diktator bernama Saddam, rakyat Irak sangat mahfum bahwa Bush datang dengan segudang kebohongan.

Boleh jadi rakyat Irak tak bisa berbuat apa-apa kala itu, tapi bukan berarti pikiran mereka bisa dijajah dan didikte.

Mereka sangat paham bahwa kedatangan pasukan AS dan sekutu tak berbeda dengan kedatangan Bangsa Mongol sebagai penjajah Mesopotamia atau Sir Stanley Maude dengan puluhan ribu pasukan Inggris di perang dunia pertama.

Berbekal kesadaran tersebut, muncullah Muntadar Al Zaidi (wartawan Irak) di hadapan konfrensi pers perpisahan Bush pada Desember 2008.

"INI CIUMAN PERPISAHAN UNTUKMU, ANJI**!!", sembari melemparkan satu sepatunya ke podium di mana Bush berpidato alias ke arah presiden dari negara demokrasi kelas satu dunia.

Dan " INI CIUMAN PERPISAHAN DARI PARA JANDA, ANAK YATIM, DAN ORANG-ORANG YANG TEWAS DI IRAK", tambahnya, sambil melemparkan sepatu keduanya ke arah yang sama.

Pesanya jelas, naluri rakyat cukup kuat. Mungkin tak bisa melawan secara signifikan, tapi di antara rakyat masih banyak yang berpikiran jernih yang bisa membedakan mana tipu daya, mana gegayaan, mana goyangan politik absurd ala democruncy, mana pencitraan, dan mana yang tulus dan ikhlas menyelesaikan masalah.

Jadi buat elite mohon hati-hati dan jaga sikap, kalau terlalu banyak basa-basi kebaikan di satu sisi, basa-basi sok suci, basa-basi sok paling bekerja keras, tapi di sisi lain Anda justru merugikan rakyat banyak, merusak tatanan yang telah bertahan lama, membuat kacau di sana-sini, atau menyamakan democruncy sebagai demokrasi, bisa jadi sepatu pun akan mendarat di jidat Anda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Nasional
Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com