Kecil kemungkinan
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Choirul Umam tak yakin koalisi Nasdem dan Gerindra bakal terbentuk.
Sebab, Prabowo dan Paloh mempunyai pendekatan politik yang berbeda.
Pada Pilpres 2019, Paloh mengingatkan bahaya eksploitasi politik identitas.
Pun, ia menjadi salah satu pula yang keberatan ketika Prabowo hendak bergabung dengan periode 2 pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Hari Kedelapan Pencarian Eril, Ridwan Kamil Putuskan Pulang ke Indonesia untuk Jalani Tugas Gubernur
Selain itu, sambung Umam, Paloh sejak awal menunjukan keinginan untuk menjadi king maker.
Maka, ia tak mau langkahnya dikunci oleh pihak-pihak tertentu yang ingin mencapreskan diri masing-masing.
“Dalam konteks pertemuan Paloh-Prabowo, saya juga berkeyakinan Paloh menolak dikunci langkahnya demi pencapresan Prabowo,” katanya.
Dalam pandangan Firman Noor, tanda-tanda bakal munculnya duet Prabowo-Anies masih belum nampak hingga kini.
Pasalnya, kedua tokoh masih bersikeras mempromosikan diri sebagai capres. Belum kelihatan tokoh yang mau menjadi calon wakil presiden (cawapres).
“Sampai hari ini saya lihat tiga besar (elektabilitas) (Prabowo-Ganjar-Anies) masih merasa cukup percaya diri ingin memajukan dirinya dulu (sebagai kandidat capres). Sampai limitnya dulu,” sebut Firman.
Baca juga: Calon Bintara Polri Gagal karena Buta Warna, Pengamat: Aneh, Cek Kesehatan Dua Kali
Ia pun menduga langkah-langkah politik Anies tak dimaksudkan untuk menjadi cawapres.
“Kalau kita lihat gestur Anies enggak mungkin gestur cawapres. Saya juga melihat relawannya, itu bukan (tipe) relawan untuk cawapres,” paparnya.