Bertempat di Kantor DPP Nasdem, Jakarta, keduanya disebut terlibat dalam diskusi hangat selama 4,5 jam.
Pada awak media, Paloh menyatakan pertemuan itu bukan hanya pertemuan dua pimpinan partai politik (parpol) tapi juga dua sahabat lama.
“Pertemuan kami tadi lebih banyak membicarakan hal-hal romantisme, semangat persahabatan yang cukup terjaga dalam kurun waktu yang cukup lama puluhan tahun,” ungkapnya.
Namun sejumlah pihak menilai pertemuan itu menunjukan adanya sinyal politik yang cukup kuat. Setidaknya, kedua parpol saling menjajaki dan mencari kecocokan, salah satunya, untuk menghadapi kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai jika dua parpol itu sepakat, koalisinya bakal punya kekuatan yang signifikan.
Apalagi, lanjut Firman, Partai Nasdem tampak hendak mencalonkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai kandidat calon presiden (capres).
Sedangkan Partai Gerindra tetap mengusung Prabowo Subianto kembali menjajal perburuan RI-1.
Firman menyatakan, berdasarkan jajak pendapat berbagai lembaga survei, dua tokoh tersebut memiliki elektabilitas tertinggi.
Lantas mungkinkah Nasdem dan Gerindra bakal maju bersama dan mengusung Prabowo-Anies untuk menghadapi Pilpres 2024?
Kecil kemungkinan
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Choirul Umam tak yakin koalisi Nasdem dan Gerindra bakal terbentuk.
Sebab, Prabowo dan Paloh mempunyai pendekatan politik yang berbeda.
Pada Pilpres 2019, Paloh mengingatkan bahaya eksploitasi politik identitas.
Pun, ia menjadi salah satu pula yang keberatan ketika Prabowo hendak bergabung dengan periode 2 pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Selain itu, sambung Umam, Paloh sejak awal menunjukan keinginan untuk menjadi king maker.
Maka, ia tak mau langkahnya dikunci oleh pihak-pihak tertentu yang ingin mencapreskan diri masing-masing.
“Dalam konteks pertemuan Paloh-Prabowo, saya juga berkeyakinan Paloh menolak dikunci langkahnya demi pencapresan Prabowo,” katanya.
Belum ada yang mau mengalah
Dalam pandangan Firman Noor, tanda-tanda bakal munculnya duet Prabowo-Anies masih belum nampak hingga kini.
Pasalnya, kedua tokoh masih bersikeras mempromosikan diri sebagai capres. Belum kelihatan tokoh yang mau menjadi calon wakil presiden (cawapres).
“Sampai hari ini saya lihat tiga besar (elektabilitas) (Prabowo-Ganjar-Anies) masih merasa cukup percaya diri ingin memajukan dirinya dulu (sebagai kandidat capres). Sampai limitnya dulu,” sebut Firman.
Ia pun menduga langkah-langkah politik Anies tak dimaksudkan untuk menjadi cawapres.
“Kalau kita lihat gestur Anies enggak mungkin gestur cawapres. Saya juga melihat relawannya, itu bukan (tipe) relawan untuk cawapres,” paparnya.
Tak harus dirinya
Prabowo menjelaskan ada bermacam-macam kriteria capres, seperti berstatus Warga Negara Indonesia (WNI), sehat jasmani dan rohani serta setia pada NKRI.
“Sosok yang sungguh-sungguh komit dan setia pada Pancasila, UUD 1945 seutuhnya. Tidak sebagai mantra, tapi seutuhnya. Saya kira itu kriteria yang paling penting,” ucap dia.
“Kalau bisa yang berpengalaman,” sambungnya.
Meski begitu, Prabowo juga menegaskan bahwa kandidat capres itu tak harus dirinya.
Tapi bisa juga tokoh-tokoh lain yang memang memenuhi kriteria tersebut.
“Ya enggak harus Prabowo, siapa saja,” imbuhnya.
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/03/16210921/mungkinkah-duet-prabowo-anies-bakal-terjadi-dalam-kontestasi-pilpres-2024