Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Kaum Intelektual, Kekuasaan dan Harapan Perubahan

Kompas.com - 25/05/2022, 16:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI DALAM satu sistem sosial, kaum intelektual selalu menjadi salah satu faktor penentu maju atau berkembangnya suatu peradaban masyarakat. Mereka juga kerap menjadi tumpuan harapan terwujudnya perubahan sosial ke arah yang lebih baik.

Siapa saja yang bisa dikategorikan sebagai kelompok intelektual? Apa peran mereka dalam konteks kehidupan sosial?

Keller (1995) mengkategorikan kelompok intelektual sebagai golongan elite dan minoritas-minoritas yang ‘efektif’ dan ‘bertanggung jawab’ atau dengan kata lain efektif melaksanakan kegiatan kepentingan dan perhatian kepada orang lain tempat golongan elite ini memberikan tanggapannya.

Kelompok intelektual umumnya direkrut dari segala kelas, kerap dijumpai dalam berbagai gerakan kebudayaan-politik. Selain itu mereka juga bukan pekerja tangan (kasar), dan umumnya menjauh dari masyarakat karena lebih bergaul dengan kelompoknya sendiri (Alatas, 1988).

Sebagai bagian kecil dari masyarakat suatu budaya, kelompok intelektual memiliki pengetahuan dan wawasan yang kompleks, meliputi pengetahuan teknis dan mekanis, agama, seni, kebudayaan, nasionalisme, ekonomi, sains, hukum, politik dan lain sebagainya.

Dalam Selection from Prison Notebooks, Antonio Gramsci membedakan kaum intelektual ke dalam beberapa tipologi:

Pertama, intelektual tradisional seperti guru, pemuka agama, dan para administrator. Kedua, intelektual organik seperti kalangan profesional yang melalui riset dan kajiannya berupaya memberikan refleksi atas situasi yang ada.

Ketiga, intelektual kritis, kelompok orang yang melalui pemikiran alternatif/kritisnya melakukan perlawanan untuk membebaskan diri dari jerat hegemoni atau dominasi kekuasaan.

Keempat, intelektual universal, yang memperjuangkan proses peradaban dan struktur budaya dalam konteks proyek kemanusiaan.

Filsuf Amerika yang juga dikenal sebagai Bapak Linguistik Modern, Noam Chomsky dalam The Responsibility of Intellectuals mengatakan bahwa kelompok intelektual memiliki peran atau tanggung jawab untuk menyuarakan ‘kebenaran’ dan mengungkap kebohongan penguasa (to speak the truth and to expose the lies).

Mengapa sasarannya kelompok penguasa? Karena kelompok penguasa memiliki agenda-agenda tertentu yang tidak jarang manipulatif dan berorientasi pada kepentingan kelompok mereka sendiri ketimbang kepentingan bersama.

Oleh karena itu, kaum intelektual sepatutnya memiliki tanggung jawab untuk membongkar kedok kepentingan kelas yang kerap bersembunyi di balik ideologi (to seek the truth lying behind the veil of distortion, misinterpretation, ideology and class interest).

Dari definisi-definisi di atas, kelompok intelektual memang dapat berasal dari beragam kalangan dan profesi, seperti guru, dosen, profesor, mahasiswa, filsuf, ekonom, pemuka agama, budayawan, dan mereka yang memiliki pengetahuan serta penalaran.

Kaum intelektual dalam lingkaran kekuasaan

Namun di sisi lain, kelompok intelektual bisa berada di lingkaran kekuasaan, misalnya saja dalam pemikiran Karl Marx, mereka berada di tatanan superstruktur dalam konteks masyarakat kapitalis yang berdekatan langsung dengan kelompok penguasa (pemilik modal) dan berperan aktif membentuk kesadaran kolektif sosial, bahkan melakukan kontrol sosial jika terjadi konflik.

Tidak hanya itu, dalam suatu organisasi tertentu, kelompok intelektual juga merupakan kelompok elite penguasa. Hal ini senada dengan argumen Michel Foucault yang mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge) berdampingan dengan kekuasaan (power).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com