Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Evaluasi Angkutan Lebaran 2022

Kompas.com - 13/05/2022, 14:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Prof. Ir. Leksmono Suryo Putranto, MT., Ph.D., IPM*

Mudik Idul Fitri via jalan raya mengapa spesial?

Sudah sekitar dua tahun mudik tidak mungkin dilakukan karena pandemi Covid 19. Walaupun ada moda lain, seperti udara, laut dan kereta api, tapi moda jalan raya (mobil, sepeda motor, bus) dianggap paling ringan dari sudut pandang persyaratan perjalanan terkait Covid 19.

Lebih lanjut, mobil dan sepeda motor pribadi dipandang lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan bus dalam hal akses langsung door to door, baik untuk perjalanan antarkota maupun perjalanan di kota/desa tujuan.

Ini menunjukan bahwa kinerja angkutan umum antarwilayah, angkutan perkotaaan dan angkutan pedesaan Indonesia masih jauh dari sempurna.

Mengapa mudik via jalan raya macet?

Antrean kendaraan menuju arah Jakarta di Gerbang Tol Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat, Jumat (6/5/2022). Pada H+3 Lebaran 2022, ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek mengalami kepadatan volume kendaraan dan diperkirakan puncaknya pada H+5 atau 8 Mei 2022.ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR Antrean kendaraan menuju arah Jakarta di Gerbang Tol Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat, Jumat (6/5/2022). Pada H+3 Lebaran 2022, ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek mengalami kepadatan volume kendaraan dan diperkirakan puncaknya pada H+5 atau 8 Mei 2022.
Terjadinya waktu puncak arus lalu-lintas yang luar biasa pada periode libur Idul Fitri adalah akibat permintaan perjalanan yang sangat besar, bukan saja yang terkait langsung dengan kegiatan pulang kampung, namun juga kegiatan wisata baik lokal maupun regional.

Fenomena tol trans Jawa yang viral di kalangan masyarakat luas, menyebabkan hampir seluruh pemudik ingin mencoba jalan tol tersebut.

Rest Area (RA) jalan tol lebih mirip Recreation Area. Ukurannya luar biasa besar dan melayani berbagai kebutuhan termasuk kebutuhan yang tidak primer.

Padahal yang sangat dibutuhkan hanyalah toilet dan tempat pertukaran pengemudi agar yang bertugas mengemudi adalah yang masih bugar.

Pengguna jalan yang gagal masuk RA karena sudah penuh, lantas berhenti di sembarang tempat untuk istirahat dan buang air kecil.

Beberapa di antara kendaraan tersebut menutupi bahu jalan sebelum, di sekitar dan sesudah RA. Otomatis lebar efektif ruas jalan tol di sekitar RA berkurang drastis.

Pengguna jalan ada yang mogok di bahu jalan karena kehabisan bahan bakar. Hal ini akibat perencanaan logistik kendaraan yang tidak cermat.

Kartu tol yang rusak atau kurang dana juga sering menghambat arus di pintu tol. Beberapa pihak malah mengusulkan agar Statiun Pengisian Bahan-bakar Umum (SPBU) ditempatkan di luar sistem jalan tol (disediakan di dekat ramp in/out tol).

Sebagai suplemen terhadap teratasnya RA, SPBU sebaiknya dilengkapi musholla dan dekat dengan kuliner yang praktis.

Terdapat juga pemikiran bahwa secara teknis dimungkinkan letak SPBU di luar sistem tol ini, dibuat sedekat mungkin dari titik masuk/keluar di ramp in/out tol.

Pengguna jalan memilih waktu yang paling nyaman untuk bepergian menurut persepsi masing-masing, menggunakan aplikasi smartphone untuk memantau GPS, namun sering kali GPS tersebut tidak digunakan dengan smart.

Akibatnya saran GPS diikuti mentah-mentah. Penggunanya berpeluang salah jalan dan akibatnya waktu tempuh malah makin panjang.

Pengguna jalan yang memutuskan berhenti biasanya menginkan tercapainya sekaligus beberapa kebutuhan penting seperti isirahat-sholat-makan (ishoma).

Akibatnya pada jam-jam tertentu pasti terjadi puncak penggunaan RA atau kebutuhan mencari ramp out untuk beristirahat di luar sistem tol.

Secara psikologis, pengguna jalan sudah lelah dan tertekan karena terlibat kemacetan panjang.

Akibatnya yang bersangkutan terkadang kurang bijaksana dalam mengemudi, misalnya dengan berpindah-pindah lajur yang oleh bersangkutan disangka dapat mempercepat waktu tempuhnya.

Padahal itu justru menambah konflik dan memperpanjang waktu tempuh kendaraan di dalam sistem.

Di sisi lain keputusan petugas mengenai pemberlakuan satu arah dan atau contra flow tampaknya dilakukan berdasarkan observasi lalu lintas yang statis (pada periode tertentu) padahal lalu-lintas adalah sesuatu yang dinamis.

Akibatnya keputusannya kurang valid dan kurang berguna.

Apakah masih ada ruang untuk perbaikan ke depan?

Sekiranya semua pemangku kepentingan baik di tingkat nasional maupun regional, baik di sektor Pekerjaan Umum, Perhubungan, Kepolisian, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) maupun Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) harus bersinergi sebelum, selama dan setelah masa mudik dan arus balik untuk menghasilkan solusi dan kebijakan terbaik.

Para pengguna jalan juga harus smart agar tidak dirugikan dalam situasi mudik/arus balik yang sangat rumit ini.

Di sisi lain sikap ini juga akan mencegah yang bersangkutan merugikan pihak pengguna jalan yang lain.

*Prof. Ir. Leksmono Suryo Putranto, MT., Ph.D., IPM, Guru Besar Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com