Maka mereka memiliki ekspektasi tertentu mengenai keputusan pribadi anggota kelompoknya, seperti kapan usia yang tepat untuk menikah, institusi yang layak untuk bekerja, kapan memiliki keturunan dan sebagainya.
Lebih lanjut, ekspektasi ini memiliki asosiasi yang erat dengan visi atas rasa aman di masa depan; dengan segera menikah, memiliki keturunan dan bekerja di institusi tertentu, orang tersebut dianggap lebih memiliki keamanan secara ekonomi.
Di sisi lain, generasi millenial dan Z melihat adanya pertimbangan lain dalam menentukan keputusan hidup.
Mereka sadar dengan adanya kepentingan untuk menjaga kesejahteraan di tingkat individu dan melihatnya secara lebih kritis.
Lahir di era digital dan lebih mahir dalam memahami perkembangan teknologi, generasi ini cenderung lebih bisa berdamai dengan perbedaan realitas dan ekspektasi; bahwa ekspektasi tidak harus bisa terwujud dalam realitas (McKinsey, 2018).
Sehingga hal-hal yang oleh generasi yang lebih tua dianggap sebagai pencapaian yang harus segera diperoleh, tidak selalu menjadi prioritas bagi generasi millenial dan Z.
Perbedaan kepentingan dalam sebuah hubungan interpersonal antar generasi saat mudik ini dapat dipahami berdasarkan teori dialektika relasional.
Menurut Baxter (2010) dan DeVito (2018), pihak yang berinteraksi di dalam sebuah hubungan interpersonal akan mengalami tarik ulur kepentingan pada berbagai dialektika.
Sebagai contoh, ketika anggota generasi yang lebih tua menanyakan “kapan menikah?” pada yang lebih muda, komunikasi interpersonal dibangun untuk menjaga dan mempertahankan nilai-nilai yang berhubungan dengan kolektifitas.
Sementara di sisi lain, generasi yang lebih muda memilih untuk menghindari pertanyaan ini karena mereka merasa bahwa pertanyaan tersebut bersifat personal dan tidak perlu diketahui oleh orang lain, atau dengan kata lain, berorientasi pada individu itu sendiri.
Terjadi negosiasi kepentingan antara orientasi otonomi (kuasa independen individu) dan koneksi (menjaga hubungan untuk kolektifitas) dalam interaksi yang terjadi (DeVito, 2018).
Idealnya, masing-masing individu bisa berada di titik tengah di mana mereka bisa menjalin relasi dan menjaga independensi.
Akan tetapi tujuan ini akan sulit tercapai mengingat karakteristik dan nilai yang sudah dipegang erat oleh masyarakat berbudaya Timur.
Akan sangat baik jika masing-masing generasi mampu menyadari kepentingannya dan menurunkan egonya.
Mereka dari generasi Z dan milenial tidak perlu sepenuhnya menolak perspektif generasi yang lebih tua, tetapi sebaliknya, generasi yang lebih tua juga perlu menyadari bahwa generasi muda ini juga memiliki prioritasnya sendiri.
Dengan saling mendengarkan dan mengedepankan pembicaraan yang hangat, momen mudik menjadi semakin berharga dan justru berdampak positif pada ikatan kolektif keluarga.
*Meganusa Ludvianto, MCommun, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.