Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Sudarsono
Guru Besar Universitas Indonesia

Prof Dr Sudarsono, Koordinator riset klaster “economy, organization and society” FISIP UI.

Sosiologi Pasar Gorengan dan Rebusan

Kompas.com - 17/04/2022, 05:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Cakrawala pemaknaan

Mengapa banyak dari kita yang “marah” ketika disarankan supaya mengurangi gorengan, dan memperbanyak rebusan?

Jawabnya terletak pada soal cakrawala pemaknaan, yang dapat menjelaskan mengapa kita sulit sekali meninggalkan gorengan.

Dalam kerangka sosiologi pasarnya Jens Beckert, barang dan jasa dapat dikelompokkan ke dalam kategori, pertama, barang yang kualitasnya tidak bertumpu pada material produknya, melainkan justru ditentukan secara intersubyektif di antara pelaku pasar.

Kedua, barang yang kualitasnya ditentukan oleh material produknya. Ketiga, barang yang kualitasnya sebagian ditentukan berdasarkan material produk, dan sebagian lagi oleh pemaknaan intersubyektif.

Valuasi produk di arena pasar, untuk kelompok barang pertama, seperti barang seni, wine, specialty coffee, bahkan pasar uang, didominasi oleh nilai dan kualitas simbolik barang.

Sebaliknya, valuasi kelompok barang kedua, seperti barang konsumsi harian, misalnya, alat tulis, sendal rumahan dan sejenisnya, bertumpu sepenuhnya pada kualitas material barang.

Sementara, valuasi kelompok barang ketiga, ditentukan oleh kombinasi antara nilai simbolik dan kualitas material barang.

Tentu, pengelompokan seperti ini bersifat relatif dan dinamis, sesuai dengan karakteristik produk, dan kategori kelompok konsumen.

Sulitnya pergeseran pola konsumsi dari gorengan ke rebusan, boleh jadi karena dalam cakrawala pemaknaan konsumen, nilai simbolik gorengan lebih dominan dari nilai simbolik rebusan.

Pandangan “gorengan itu modern” dan “rebusan itu ndeso”, menggambarkan valuasi intersubyektif sebagian besar konsumen, kecuali bagi yang benar-benar sadar tentang pola hidup sehat.

Bila benar demikian, maka sulitnya kita meninggalkan gorengan itu terkait dengan alasan sosiologis, misalnya, soal status, gaya hidup, dan bahkan penciptaan ilusi diri seperti yang dimaksud oleh Campbell (1987).

Selain faktor keterlekatan kultural atau horizons of meaning itu, faktor kebiasaan makan (food habit) dan bahkan tabiat makan (food habitus), menjadi faktor penting sulitnya kita beralih ke rebusan.

Terlebih lagi, tabiat makan yang sudah tertanam sejak masa kanak-kanak, menjadikan terpolanya sekresi enzyme tertentu dalam indera cita rasa dan sistem pencernakan. Lengkap sudah, ketagihan dan ketergantungan kita pada gorengan.

Arena gizi nasional

Jelas bahwa stabilisasi arena pasar migor pada sisi permintaan, dapat dilakukan melalui intervensi pada arena gizi nasional.

Pertama, penting dilakukan intervensi sosiologis untuk pembalikan keterlekatan kultural dan pembentukan tabiat makan orang Indonesia, dengan tema utama menuju pola hidup sehat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com