Gejala Omicron tetap menunjukkan gejala yang ringan. Namun, bukan berarti virus ini tidak berbahaya. Virus ini sangat berbahaya dan sangat menular. Nyatanya, varian Omicron terbaru ini mampu membuat lonjakan kasus Omicron di berbagai negara terus meningkat.
Dilansir dari NPR, Omicron siluman memang membuat data seolah terjadi perlambatan kenaikan kasus. Namun, para ahli di Amerika Serikat menduga justru varian ini akan meningkatkan kebutuhan orang terhadap respirator dan angka kematian akan kembali meningkat.
Dicky juga menyebut penurunan angka kasus setelah masa puncak lonjakan biasanya akan dibarengi dengan peningkatan kasus kematian. Sebab kasus kematian masuk dalam kategori indikator telat.
"Namanya indikator telat, dia kejadiannya belakangan, bahkan 3-4 minggu sejak kasus (lonjakan) infeksinya. Karena orang sekarang terinfeksi, itu kan yang terdeteksi paling bagus 20 persen. Sisanya itu nggak terdeteksi," papar Dicky.
Baca juga: Daftar Lengkap Daerah PPKM Level 1 sampai 4 Se-Indonesia mulai 1 Maret 2022
Dari orang-orang yang tidak terdeteksi ini menimbulkan 2 skenario penambahan kasus kematian akibat Covid-19.
Skenario pertama adalah bagi pasien berisiko tinggi, umumnya paling cepat dalam 2 minggu sejak terinfeksi baru terlihat kondisi yang cukup membahayakan.
"Umumnya setelah dirawat 1 mingguan baru kematian terjadi. Atau skenario kedua terjadi dari orang yang tidak terdeteksi ini terus menularkan, sampai dia menularkan kelompok rawan atau yang berisiko. Akhirnya dia akan meninggal juga setelah sakit 1-2 minggu itu," terang dia.
"Itu kenapa saat kasus menurun, kita masih akan melihat tren meningkat kasus kematian," lanjut Dicky.
Infeksi Omicron Siluman bisa menyerang siapa saja, bahkan orang yang sudah mendapatkan vaksin lengkap. Namun, data menunjukkan bahwa orang yang sudah mendapatkan dosis vaksin lengkap hanya mengalami gejala ringan saja, dibandingkan orang yang belum atau baru satu kali vaksin.
Untuk itu, Dicky menyarankan agar vaksinasi terus digenjot sebagai upaya meminimalisir bahaya ancaman Omicron Siluman. Bukan hanya booster, tapi vaksinasi primer dosis I dan dosis II.
"Kembali ke vaksinasi, dua dosis, tiga dosis, ini yang harus dikejar. Bahkan menurut saya harus kejarnya ke populasi umum mendapat 3 dosis di setidaknya 50% pada saat sebelum Lebaran," ucap Dicky.
Baca juga: Vaksinasi Booster Kini Diberikan 3 Bulan Setelah Vaksinasi Dosis Kedua
"Saya mendapat banyak laporan kematian pada kelompok komorbid, yang usianya belum lansia. Ini harus menjadi peringatan dan kewaspadaan. Solusinya percepatan booster, yang saat ini harus dikejar betul, terutama untuk lansia dan komorbid. Kemudian paralel untuk umum," katanya.
Menurut dia, manajemen vaksinasi harus lebih diefektifkan, meskipun pelaksanaan oleh Pemerintah saat ini sudah terbilang cukup baik. Namun berbagai kendala yang masih ditemukan, kata Dicky, harus dihindari.