Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlukah Khawatir dengan Omicron Siluman? Ini Penjelasan Pakar

Kompas.com - 04/03/2022, 17:30 WIB
Elza Astari Retaduari

Penulis

"Menyangkut manajemen di lapangan, karena seperti kemarin ada 6 juta dosis yang terpaksa kedaluwarsa. Seperti itu yang harus dikurangi. Pangkas birokrasi sehingga vaksin bisa langsung ke daerah untuk diberikan, dan tidak lama parkir di pusat," tuturnya.

"Laporan (vaksinasi) saat ini juga harus ditingkatkan juga supaya real time antara pusat dan daerah. Ini yang jadi kendala karena vaksin lama terparkir di pusat dan daerah yang membutuhkan jadi tidak terdistribusi," sambung Dikcy.

Tak hanya vaksinasi, masalah deteksi dini kasus Covid-19 juga harus mendapat perhatian lebih. Pemerintah sempat mengakui deteksi dini yang dilakukan pihaknya masih kurang optimal.

Dicky mengatakan, masalah deteksi dini dengan risiko kematian pasien berisiko tinggi sangat erat kaitannya.

Baca juga: Menkes: 1,1 Juta Dosis Vaksin Kedaluwarsa, Mayoritas dari Donasi Gratis

"Setidaknya 70-80% dengan prioritas kelompok risiko tinggi berkontribusi pada angka kematian dan parahnya sakit, jika deteksi dini baik, itu nggak akan terjadi," ucapnya.

"Bahwa kasus infeksinya turun, nanti kematiannya ketika ada pun tidak meningkat, tidak menjadi kontradiktif dengan kasus yang menurun tadi. Karena kita sudah bisa mendeteksinya dan mencegah sejak awal," imbuh Dicky.

Permasalahan kurang optimalnya deteksi dini disebut bukan hanya terjadi di Indonesia. Menurut Dicky, banyak negara akibat deteksi dininya rendah, menyebabkan kasus-kasus pasien berisiko tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kematian.

"Kita harus berhati-hati karena tren kematiannya semakin meningkat menunjukkan banyak kasus infeksi di masyarakat yang tidak terdeteksi, ini juga akibat booster yang belum memadai," urai dia.

Baca juga: Epidemiolog: Testing, Tracing, dan Tracking Kunci Putus Penularan Covid-19 Varian Apa Pun

Dicky juga menyoroti karakter masyarakat Indonesia yang tidak mudah datang ke rumah sakit ketika sakit. Maka diperlukan upaya jemput bola dari Pemerintah, sebagai upaya dari peningkatan deteksi dini.

"Harus diantisipasi atau direspons dengan meningkatkan kunjungan rumah," tegas Dicky.

Soal subvarian BA.2 yang juga disebut dengan 'Son of Omicron' ini juga disebut WHO bisa menginfeksi orang yang sudah terkena Omicron BA.1.

Namun, WHO meyakini bahwa orang yang sudah terkena Omicron BA.1 memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik terhadap infeksi subvarian Omicron siluman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com