Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Sebut Sumatera Barat Berpotensi Gempa Bermagnitudo 7,6

Kompas.com - 25/02/2022, 14:33 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, Sumatera Barat memiliki sejarah panjang dalam gempa bumi.

Ia mengatakan, Sumatera Barat pernah mengalami sembilan gempa bumi yang berdampak pada kerusakan parah di berbagai daerah.

"Daerah Sumbar ini telah mengalami sejarah gempa bumi yang cukup panjang," kata Dwikorita dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (25/2/2022).

Dwikorita mengatakan, sebelum gempa bumi bermagnitudo 6,1 terjadi di Pasaman Barat, Sumatera Barat, provinsi ini pernah mengalami guncangan gempa bumi yang menyebabkan kerusakan bangunan pada tahun 1835.

Baca juga: Gempa di Pasaman Barat, Kecamatan Talamau Terdampak Parah

Oleh karenanya, ia mengatakan, provinsi tersebut berpotensi melepaskan gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,6.

"Gempa sebelumnya terjadi sejak tahun 1835 dan kami mencatat segmen ini atau angkola ini mampu membangkitkan energi dan membersihkan gempa hingga kekuatan 7,6," ujarnya.

Berdasarkan hal tersebut, Dwikorita meminta masyarakat mewaspadai gempa bumi dengan mitigasi yang tepat dengan penataan bangunan sesuai standar gempa.

Berikut ini daftar gempa bumi yang pernah terjadi di Sumatera Barat:

1. Gempa bumi 26 Agustus 1835

Lokasi gempa berada di Padang, yang berdampak pada kerusakan ringan dan retakan pada bangunan di Padang.

2. Gempa bumi 5 Juli 1904

Gempa terjadi di Siri Sori, Sumatra Barat, gempa ini menyebabkan terjadinya tsunami di Pantai Siri Sori.

Baca juga: Analisis BMKG soal Gempa M 6,1 yang Mengguncang Pasaman Barat, Sumbar

3. Gempa bumi 28 Juni 1926

Lokasi gempa berpusat di Padang Panjang dan tercatat lebih dari 354 orang meninggal dunia. Gempa menimbulkan bencana di sekitar Danau Singkarak, Bukit Tinggi, Danau Maninjau, Padang Panjang, Kabupaten Solok, Sawah Lunto, dan Alahan Panjang.

4. Gempa bumi 4 Februari 1971

Lokasi di Sumatra Utara berkekuatan magnitudo 6,3 dan menyebabkan bangunan rusak di Pasaman.

5. Gempa bumi 8 Maret 1977

Gempa terjadi di Pasaman dan menimbulkan kerusakan 737 rumah di Sinurat.

6. Gempa bumi 7 Oktober 1995

Lokasi gempa di Kerinci (Sungai Penuh) dengan bermagnitudo 7. Dampaknya, tercatat 84 orang tewas, 558 orang luka berat, dan 1.310 orang luka ringan, 7.137 rumah, transportasi, irigasi, tempat ibadah, pasar dan pertokoan rusak.

Baca juga: Kepala BNPB Minta Tim Reaksi Cepat Menuju Lokasi Terdampak Gempa 6,1 Pasaman Barat

7. Gempa bumi 16 Februari 2004

Gempa terjadi di Tanah Datar bermagnitudo 5,6. Dampaknya, 6 orang meninggal, 10 orang luka-luka, dan 70 rumah rusak.

8. Gempa bumi 22 Februari 2004

Gempa terjadi di Pesisir Selatan bermagnitudo 6. Dampaknya, 1 orang meninggal, 1 orang luka berat, 5 orang luka ringan, 151 bangunan, dan rumah rusak di Kabupaten Pesisir Selatan.

9. Gempa bumi 30 September 2009

Lokasi gempa dekat dengan Padang Pariaman dengan kekuatan magnitudo 7,6. Dampaknya, tercatat 75 orang tewas dan ribuan rumah rusak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com