Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Istiqlal Dibangun di Bekas Benteng Belanda, Simbol Kemerdekaan dari Penjajah

Kompas.com - 22/02/2022, 09:41 WIB
Elza Astari Retaduari

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid Istiqlal yang berada di Jalan Wijaya Kusuma, Jakarta Pusat, dibangun dengan berbagai dinamika. Tak hanya urusan dana, pemilihan lokasi tempat Masjid Istiqlal sendiri juga sarat makna.

Masjid Istiqlal dibangun atas ide dari Presiden Soekarno pada 1950-an. Lalu, pada 1954, Yayasan Masjid Istiqlal pun terbentuk demi kelancaran pembangunan masjid itu.

Dalam buku berjudul 'Masjid Istiqlal Sebuah Monumen Kemerdekaan' karya Soichim Salam disebutkan, Masjid Istiqlal dibangun di bekas Benteng Citadel milik Belanda dengan luas 9,5 hektar.

Menurut Soichim, Soekarno ingin Masjid Istiqlal menjadi sejarah baru bangsa Indonesia yang bisa menegakkan kemerdekaan dari penjajah.

Baca juga: Kisah Friedrich Silaban: Pergolakan Batin Arsitek Masjid Istiqlal dan Kedekatannya dengan Soekarno

Benteng Citadel adalah salah satu bukti penjajahan Belanda di Indonesia, sehingga harus dikubur dengan monumen kemerdekaan, yakni Masjid Istiqlal.

"Di atas bekas benteng penjajahan ini kita bangun Masjid Istiqlal yang berarti merdeka atau kemerdekaan, (itu) pertimbangan Bung Karno" tulis Solichin seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (22/02/2022).

Pemilihan lokasi dibangunnya Masjid Istiqlal pun mengalami perdebatan.

Saat itu Wakil Presiden Republik Indonesia Mohammad Hatta sempat mengusulkan agar Masjid Istiqlal dibangun di sekitar Jalan MH Thamrin. Tepatnya, di tempat Hotel Indonesia Kempinsky berdiri saat ini.

Alasannya adalah lokasi tersebut berada di tengah-tengah masyarakat Islam. Sementara menurut Bung Hatta, bekas Benteng Citadel berada jauh dari pemukiman.

Baca juga: Cerita Soekarno Ogah Masjid Istiqlal Dibangun Berbahan Kayu dan Dana Patungan Rp 500.000

Dengan lokasi yang diinginkan Soekarno, Bung Hatta beranggapan Istiqlal justru lebih dekat dari daerah pertokoan dan perkantoran dibandingkan dengan pemukiman masyarakat.

Namun Soekarno ngotot membangun Masjid Istiqlal di atas bekas benteng Belanda. Alasannya memang lebih pada faktor politis dan artistik.

Soekarno berharap, Masjid Istiqlal bisa menjadi sejarah baru bangsa Indonesia yang bisa menegakkan kemerdekaan dari para penjajah.

Masjid Istiqlal bisa menjadi monumen yang berdiri berabad-abad lamanya dan menjadi saksi kemerdekaan pada generasi penerus bangsa Indonesia.

Sementara itu dari sisi artistik, menurut Soekarno, letak Masjid Istiqlal sangat strategis karena dikelilingi jalan protokol seperti Jalan Perwira, Jalan Katedral, Jalan Pintu Air dan Jalan Veteran.

Kemudian, dua sungai yang mengelilingnya pun dinilai akan membuat Istiqlal tak akan kekurangan sumber air untuk air wudhu ratusan ribu jamaah.

Dua sungai tersebut adalah sungai Banjir Kanal Ciliwung yang mengalir di sisi barat dan timur Masjid Istiqlal.

Bung Hatta pada akhirnya menyepakati ide Soekarno setelah presiden pertama Indonesia tersebut mengungkapan alasannya memilih bekas benteng Citadel sebagai lokasi pembangunan Masjid Istiqlal.

Baca juga: Pergolakan Batin Friedrich Silaban Saat Ikut Sayembara Masjid Istiqlal

Lokasi Masjid Istiqlal yang berseberangan dengan Gereja Katedral pun menjadi simbol toleransi antaragama.

Meski rencana pembangunan sudah dicetuskan sejak tahun 1950-an, pencanangan tiang pertama Masjid Istiqlal oleh Soekarno baru dilakukan tahun 1961.

Di tahun 1955, Soekarno mengadakan sayembara untuk mencari arsitek dari masjid ini. Akhirnya terpilihlah Friedrich Silaban sebagai arsitek dari Masjid Istiqlal.

Friedrich merupakan seorang Kristen Protestan yang berayahkan seorang pendeta.

"Arsitektur Istiqlal itu asli, tidak meniru dari mana-mana, tetapi juga tidak tahu dari mana datangnya," kata Friedrich seperti dilansir Harian Kompas edisi 21 Februari 1978.

Dalam proses perancangan masjid, Friedrich memasukkan banyak simbol yang berkaitan dengan Islam dan kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Tak Hanya Simbol Kerukunan, Ini Fungsi Terowongan Silaturahim Masjid Istiqlal-Gereja Katedral

Masjid Istiqlal yang merupakan masjid terbesar se-Asia Tenggara itu ditopang 12 tiang, sesuai angka dari tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal 1961.

Lalu, ada empat lantai balkon dan satu lantai dasar. Total lima lantai itu melambangkan 5 Rukun Islam, jumlah salat wajib dalam sehari, dan jumlah sila dalam Pancasila.

Kemudian, terdapat menara setinggi 6.666 sentimeter di bagian luar masjid. Angka itu merupakan keseluruhan jumlah ayat dalam Al Quran.

Sementara kubah Masjid Istiqlal berdiameter 45 meter yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia. Ada ayat kursi yang melingkari kubah itu.

Pembangunan Masjid Istiqlal sendiri membutuhkan waktu 17 tahun. Penyebab lamanya pembangunan masjid ini dikarenakan beragam gejolak politik dan ekonomi.

Mulai dari, minimnya dana yang dimiliki akibat krisis ekonomi pada 1960-an hingga meletusnya peristiwa G30S/PKI.

Akhirnya Masjid Istiqlal dapat berdiri megah, meski Soekarno tidak merasakan moment peresmiannya.

Masjid Istiqlal diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 22 Febaruari 1978, atau tepatnya 44 tahun yang lalu.

Pada tahun 2020, Presiden Jokowi melakukan renovasi besar-besaran terhadap Masjid Istiqlal.

Renovasi dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), biaya renovasi disebut sebesar Rp 475 miliar.

Baca juga: Masjid Istiqlal Tak Gelar Shalat Idul Fitri, Imam Besar Minta Maaf

"Setelah 42 tahun berdiri, Masjid Istiqlal kini bersolek lebih megah setelah direnovasi besar-besaran oleh Kementerian PUPR dengan biaya Rp 475 miliar. Inilah wajah baru masjid terbesar di Asia Tenggara berkapasitas 200.000 jemaah itu," tulis Jokowi di akun Twitter resminya, Sabtu (25/7/2020).

Jokowi kemudian meresmikan renovasi Masjid Istiqlal pada Kamis (7/1/2021).

Baca juga: Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Punya Lahan Parkir Bersama

“Renovasi Masjid Istiqlal agar menjadi semakin megah bukan untuk gagah-gagahan, bukan hanya menjadi kebanggaan umat Islam tapi juga menjadi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia, kebanggaan bangsa kita Indonesia,” kata Jokowi, dilansir dari Kontan.

Menurutnya, lanskap Masjid Istiqlal ditata ulang agar menjadi lebih indah dan semakin tertata rapi. Selain itu, kata Jokowi, lantai direnovasi sehingga menjadi lebih berkilau.

“Tata cahayanya juga diganti, sangat modern dan indah. Sungai yang membelah Istiqlal juga semakin bersih dan rapi,” sebut Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com