Kala itu, Ganjar mengakui bahwa dirinya tidak datang di acara partainya karena tidak diundang.
"Saya tidak diundang (acara PDI-P)," kata Ganjar lewat pesan singkat, Minggu (23/5/2021).
Saat ditanya tentang kerenggangan hubungannya dengan Puan, Ganjar beberapa kali enggan berkomentar. Namun, ia kemudian buka suara.
Kala itu Ganjar membantah bahwa dirinya berseteru dengan Ketua DPR RI itu. Ia mengaku, hubungannya dengan putri Megawati itu baik-baik saja.
"Jadi begini teman-teman, saya mengikuti apa yang ada di medsos. Sungguh-sungguh itu tidak enak. Sungguh-sungguh saya tidak enak. Saya selalu hormat sama Mbak Puan, sangat-sangat hormat," kata Ganjar, Jumat (28/5/2021).
Baca juga: YLBHI Sebut Dialog antara Ganjar dan Warga Wadas Belum Pernah Terjadi
Namun demikian, masih terkait hal yang sama, Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah Bambang Wuryanto mengatakan hal sebaliknya.
Bambang mengatakan, tidak diundangnya Ganjar di acara PDI-P adalah karena Gubetnur Jateng itu dinilai berambisi maju dalam Pilpres 2024.
"Tidak diundang! (Ganjar) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, ojo keminter (Kalau kamu pintar, jangan sok merasa pintar)," kata Bambang, Sabtu (22/5/2021).
Pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu juga mengaku telah memberi kode teguran kepada Ganjar, namun dia merasa tidak digubris.
"Wis tak kode sik, mok soyo mblandang, ya tak rodo atos (Sudah saya kode lebih dulu, kok makin keterlaluan, ya saya makin keras). Saya di-bully di medsos, ya bully saja. Saya tidak perlu jaga image saya," katanya.
Puan juga pernah menyinggung sosok pemimpin yang hanya muncul di media sosial.
Hal itu Puan sampaikan saat membuka acara Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya di Kantor DPD PDI-P Jawa Tengah, Panti Marhaen, Semarang, Sabtu (22/5/2021), acara yang tidak turut mengundang Ganjar.
Baca juga: Pemindahan Ibu Kota Negara di Mata Tokoh Politik Prabowo, Ganjar, Anies, Ridwan Kamil
Dalam kesempatan tersebut Puan menyinggung tentang pemimpin dan media sosial. Dia mengatakan, sosok pemimpin yang layak menjadi capres ialah orang yang bekerja di lapangan, bukan di media sosial.
“Pemimpin menurut saya, itu adalah pemimpin yang memang ada di lapangan dan bukan di sosmed (sosial media/media sosial),” kata Puan.
Meski demikian, Puan juga mengakui bahwa media sosial tetap diperlukan untuk mendukung perjuangan seorang pemimpin di zaman sekarang.