Pada tes CPNS, seleksi kompetensi dasar (SKD) yang menerapkan sistem Computer Assisted Test memang sulit untuk dimanipulasi. Namun menurut Mardani, seleksi tahap selanjutnya masih bisa ditemukan adanya kecurangan karena ada beberapa pertimbangan yang bersifat subyektif.
"Bab wawancara dengan unsur subyektif memang peluangnya untuk "melakukan yang tidak proporsional" bisa terjadi. Ini yang harus diperkecil," ujarnya.
Untuk itu, Mardani menyarankan Dwiki Andoyo agar membuka duduk perkara persoalan seleksi CPNS-nya. Dengan begitu, apabila memang terbukti ada kecurangan, pihak-pihak yang berwenang dapat dimintai pertanggungjawaban.
"Dibuka saja, di mana, kapan, bagaimana prosesnya. Jangan takut membuka. Kita yang mengetahui, khususnya teman-teman di BKN, dan Kementerian yang bersangkutan tempat anak ini mendaftar, harus tanggung jawab," sebut Mardani.
Politikus PKS ini mengatakan, persoalan postur tubuh yang diduga menjadi alasan peserta tidak lolos CPNS harus mendapat perhatian serius. Mardani mengatakan siap mengawal permasalahan tersebut.
"Karena ini penerapan konstitusi, wajib dikawal, jangan takut karena memang ini haknya," tegas dia.
"Jangan takut mencari keadilan. Perkara ini jangan dianggap kecil. Dari yang kecil-kecil ini akan tumbuh para pemberani lain yang menjaga konstitusi," imbuh Mardani.
Baca juga: Ketika Postur Tubuh Jadi Penilaian Lolos atau Tidaknya Seleksi CPNS...
Seperti diketahui, Dwiki Andoyo lewat media sosial bercerita dirinya tak lolos seleksi CPNS karena masalah postur tubuh.
Berdasarkan jawaban sanggah yang Dwiki terima, ia dinyatakan tak lolos karena kaki berbentuk "X" 10 cm dan pembesaran payudara pada laki-laki.
Padahal, nilai Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) Dwiki merupakan yang tertinggi di antara peserta lainnya. Namun, pada bagian SKB Tes Kesehatan Umum dan Jiwa, Dwiki mendapatkan skor nol.