"Kembali kepada protokol kesehatan minimal 5 M. Tapi di sisi lain juga harus ada intervensi kebijakan yang sifatnya kuat untuk juga menghambat laju transmisi yang berkonsekuensi terhadap kenaikan kasus ini," imbau Hermawan.
Ia mengatakan, sebagian orang memang sudah lebih aman bagi yang telah menerima vaksin Covid-19. Hanya beberapa kelompok juga masih sangat rentan terhadap virus ini.
"Tapi kita juga masih punya PR untuk lansia dan komorbid karena cakupan vaksinasi kedua masih di bawah 50%," ucapnya.
Sementara itu wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkap, lonjakan kasus Covid-19 akibat Omicron sudah diprediksi sejak awal.
"Dan ini belum sampai puncaknya. Pada puncaknya, beberapa negara mengalami kondisi membutuhkan kira-kira 40-60 hari. Berdasarkan kasus Delta, saat kasus puncaknya di Jawa, Bali itu baru butuh waktu satu bulan (kemudian)," ungkap Dante.
Baca juga: Penularan Omicron Meroket, Jumlah Kasus Harian di Beberapa Wilayah Ini Sudah Lampaui Varian Delta
"Mungkin kasus Omicron polanya sama, bahkan mungkin lebih cepat. Persiapan-persiapan harus sudah dilakukan. Tapi yang paling penting adalah memahami karakteristik varian Omicron ini," tambah dia.
Dante menyebut, kebutuhan perawatan pasien di rumah sakit untuk kasus Omicron tidak sebesar ketika varian Delta melanda. Saat ini pun, banyak pasien Omicron yang dirawat di rumah sakit merupakan pasien dengan gejala ringan, bahkan tidak bergejala.
"Yang menjadi hal penting yang utama pada rumah sakit sebenarnya bukan soal jumlah pasien yang akan masuk rumah sakit, walaupun kasus meningkat, tapi bagaimana supaya tenaga-tenaga kesehatan tidak tertular sehingga rumah sakit tidak berfungsi secara optimal," sebut Dante.
Baca juga: IDI: Gelombang Ketiga Covid-19 akibat Varian Omicron Mulai Ancam Nakes di RS
Wamenkes pun mengakui tracing pada program 3T (testing, tracing, dan treatment) kepada pasien Omicron kurang berjalan optimal. Alasannya, menurut Dante, adalah karena penyebaran virus Omicron sangat cepat.
"Kita mengakui kita melakukan tracing pada kasus Omicron demikian sulit karena self check pada kasus Omicron ini melebihi kemampuan kapasitas percepatan tracing yang akan bisa kita lakukan," katanya.
Oleh karena itu, Pemerintah saat ini tidak menitikberatkan kepada optimalisasi tracing untuk kasus-kasus yang belum teridentifikasi.
"Tapi bagaimana kita menghadapi isolasi pasien yang lebih baik pada kasus-kasus Omicron," terang Dante.