Bagi Nurcholish, seorang sekuler yang konsekuen adalah seorang ateis pada saat yang bersamaan.
Nurcholish hendak menegaskan bahwa sebetulnya Islam tidak sejalan dengan sekulerisme karena paham ini menghilangkan peran Tuhan dan cenderung mengarah pada ateisme.
Penegasan ini sekaligus membantah argumen para pengkritik Nurcholish yang menyatakan bahwa Nurcholish adalah seorang sekuler, dalam pengertian sekulerisme.
Dalam tulisan-tulisannya, Nurcholish justru melancarkan kritik pada sekulerisme. Dalam tulisan ini, misalnya, sekulerisme disebut sebagai pangkal dari paham liberalisme yang kemudian muncul dalam bentuk kapitalisme yang menindas.
Sekulerisme juga dianggap sebagai dasar bagi munculnya komunisme ateis yang juga diktator.
Nurcholish menegaskan bahwa cabang dari sekulerisme adalah liberalisme. Jika diukur dengan konsep Tuhan yang Maha Esa, maka liberalisme adalah ajaran yang sesat, kata Nurcholish.
Namun demikian, Nurcholish tetap menerima dan menghargai ajaran liberalisme mengenai kemerdekaan individu.
Bagi Nurcholish, liberalisme mengakibatkan individualisme, sementara individualisme melahirkan kapitalisme.
Di sisi lain, sekulerisme juga melahirkan komunisme. Bahkan, menurut Nurcholish, komunisme adalah sekularisme yang paling murni dan konsekuen.
Dalam komunismelah, kata Nurcholish, seseorang bisa menjadi sempurna dalam ateisme. Klaim utama komunisme adalah kesetaraan manusian.
Tapi dalam praktiknya klaim kesetaraan itu hanya ilusi, karena yang benar-benar berkuasa adalah para elite.
Dalam komunisme, ada supremasi mutlak dari yang berkuasa atas yang dikuasai. Menurut Nurcholish, diktator proletarian pada hakikatnya adalah kediktatoran dari para pemimpin dan penguasa.
Makalah panjang ini pada hakikatnya adalah pembelaan pada Islam dari kesangsian akan dukungan pada modernitas.
Sikap-sikap yang ditunjukkan dalam makalah ini membuatnya dijuluki sebagai Natsir muda karena memiliki kesamaan visi dengan Muhammad Natsir, pemimpin blok politik Islam ketika itu.
Setelah terbitnya artikel ini, Nurcholish dianggap sebagai perwujudan kembali semangat Muhammad Natsir.
Artikel ini disebut sebagai pemikiran Nurcholish sebelum munculnya semangat pembaruan.
Menurut Dawam Rahardjo, makalah ini mencerminkan “Nurcholish before Nurcholish” yang kelak lebih dikenal sebagai pembaru pemikiran Islam.
Makalah ini menunjukkan ciri “Natsir Muda” pada Nurcholish.
Dua tahun setelah artikel ini muncul, Nurcholish muncul dengan sebuah pidato yang menghebohkan tentang pembaruan Islam.
Jika tulisan tahun 1968 menjadikan kalangan luar Islam sebagai sasaran argument, maka pidato 1970 itu justru bicara pada kalangan kelompok Islam sendiri.
Bersambung, baca artikel selanjutnya: Daya Tonjok Pembaruan Nurcholish Madjid
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.