HIMPUNAN Mahasiswa Islam (HMI), di mana Nurcholish Madjid aktif di dalamnya, adalah organisasi yang melahirkan banyak intelektual Islam baru yang menyoroti cara pandang kelompok modernis tentang hubungan negara dan agama.
Baca artikel sebelumnya: HMI dan Modernisasi Nurcholish Madjid
Kelompok intelektual baru yang dilahirkan HMI ini antara lain adalah mereka yang terkumpul dalam kelompok studi mahasiswa Limited Group di Yogyakarta yang terdiri dari M. Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Ahmad Wahid, Kuntowidjoyo, dan lain-lain.
Sementara dari HMI Jakarta muncul nama Nurcholish.
M. Dawam Rahardjo, misalnya, menyatakan bahwa walaupun Islam memiliki ajaran-ajaran terkait persoalan sosial-politik, dia pada dirinya bukan sebuah ideologi.
Karena itu, menurut Dawam, apa yang disebut sebagai ideologi Islam tidak pernah ada.
Demikian pula dengan Djohan Effendi, aktivis HMI yang lain, dalam pelbagai kesempatan juga menyatakan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mempromosikan suatu sistem politik negara Islam.
Pandangan aktivis muda HMI tahun 1960-an yang datang dari Yogyakarta ini, menurut Bahtiar Effendi (Islam dan Negara, 2009), bisa disimplifikasi dalam empat isu utama.
Pertama, mereka percaya bahwa tidak ada bukti yang kuat dari dua sumber ajaran Islam, Quran dan sunnah, yang secara tegas memerintahkan umat Islam untuk mendirikan negara Islam.
Kedua, mereka menerima pandangan bahwa Islam memberi seperangkat prinsip sosial-politik.
Ketiga, Islam dipahami sebagai agama yang universal dan kekal. Karena itu, Islam tidak bisa direduksi ke dalam pemahaman formal dan legalnya saja.
Ia harus mendorong suatu sikap dan pemahaman yang lebih luas.
Keempat, mereka sangat dan tetap percaya bahwa hanya Allah yang mengetahui kebenaran mutlak.
Karena itu tidak boleh ada individu atau kelompok masyarakat yang bisa mengambil peran otoritas itu.
Gerakan pembaruan yang sudah dimulai dari para aktivis HMI Yogyakarta itu kemudian menjadi lebih luas oleh prakarsa Nurcholish Madjid di Jakarta.
Posisi Cak Nur sebagai ketua umum HMI dua periode (1966-1969 dan 1969-1971) membuat gerakan pembaruan memiliki fondasi dan gerbong, terutama di kalangan mahasiswa Islam, yang cukup kokoh.
HMI adalah organisasi massa mahasiswa terbesar di Indonesia. Ajaran-ajaran Cak Nur, terutama yang tertuang dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) menjadi materi pengkaderan utama yang dilakukan oleh HMI sampai sekarang.
Moment terpenting yang menandai gerakan pembaruan Islam Nurcholish Madjid terjadi pada tanggal 3 Januari 1970.
Pada acara silaturahmi empat organisasi, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Pemuda Islam (GPI), Pelajar Islam Indonesia (PII), dan Persatuan Sarjana Muslim Indonesia (Persami) di Gedung Pertemuan Islamic Research Centre, Jakarta, Nurcholish Madjid menyampaikan pidato berjudul “Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat.”