JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, gelombang ketiga Covid-19 berpotensi terjadi di Indonesia menyusul masuknya varian baru virus Corona B.1.1.529 atau Omicron yang diyakini lebih cepat menular dari varian sebelumnya.
Oleh sebab itu, Dicky meminta agar proses pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen di sekolah tidak dipaksakan.
"Jangan dipaksakan dulu (PTM), terlalu riskan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (5/1/2021).
Lebih lanjut ia mengatakan, pemerintah saat ini mestinya memberikan opsi daring dalam kegiatan masyarakat demi mencegah penularan Covid-19.
"Tentunya opsi sekolah secara daring itu tetap harus ada sebagaimana opsi work from home bagi para pekerja, itu harus ada. Pandemi Covid-19 ini belum selesai," ujarnya.
Baca juga: KPAI Minta Pemerintah Tinjau Ulang Penerapan PTM 100 Persen
Lebih lanjut, Dicky mengingatkan bahwa penularan Covid-19 memiliki dampak jangka panjang terhadap kondisi finansial suatu negara.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah memunculkan opsi yang dapat memberikan keamanan bagi masyarakat.
"Saya ingatkan bicara opsi di masa pandemi tidak bisa rigit. Kita harus punya opsi bagi yang terbatas kondisinya dan ini salah satu upaya untuk mengurangi perburukan pandemi," ucap dia.
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Jumeri sebelumnya mengatakan bahwa semua satuan pendidikan pada wilayah PPKM level 1, 2 dan 3 wajib melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sejak Januari 2022.
Baca juga: Dukung PTM 100 Persen, Ketua Komisi X: Learning Loss Bukan Lagi Ancaman, tapi...