KOMPAS.com – Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, seluruh lapisan masyarakat harus disiplin protokol kesehatan (prokes) secara ekstra agar tidak membuka celah penularan Covid-19.
Sebab, kata dia, penularan Covid-19 tidak dapat ditekan hanya melalui vaksinasi semata.
"Disiplin prokes adalah modal utama kita mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN) dan melakukan aktivitas sosial menuju periode akhir tahun 2021 dan tahun baru 2022," imbuhnya seperti dimuat dalam laman covid19.go.id, Selasa (2/11/2021).
Adapun prokes yang dimaksud yaitu menerapkan aturan 6M, di antaranya memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, dan menghindari makan bersama.
Baca juga: Kapolres Pasaman Dicopot karena Tak Mampu Awasi Prokes Saat Kegiatan Vaksinasi
Dalam kesempatan itu Wiku mengatakan, Indonesia perlu mencermati perkembangan kasus Covid-19 secara global.
Sebab, kata dia, beberapa negara yang tidak melakukan upaya secara menyeluruh akan berpotensi kembali meningkatkan jumlah kasus aktif.
Wiku mencontohkan kasus di Australia, Singapura dan Vietnam. Ketiga negara ini membutuhkan waktu cukup lama untuk menekan pandemi, meskipun jumlah kasus tidak lebih dari 50 per hari.
Bahkan, cakupan vaksinasi di Australia dan Singapura sudah melebihi 60 persen penduduk. Akan tetapi, akibat varian Delta, terjadi kenaikan kasus cukup tajam hingga 40-90 kali lipat ketika negara beraktivitas kembali,
Baca juga: Australia Bakal Buka Perbatasan Mulai 1 November 2021
"Hal ini menunjukkan upaya pembatasan mobilitas yang sangat ketat dan peningkatan cakupan vaksinasi bukanlah solusi tunggal untuk menekan kasus," ucap Wiku.
Pasalnya, imbuh dia, Australia dan Singapura tetap mengalami peningkatan kasus karena aktivitas masyarakat yang tidak sejalan dengan disiplin prokes.
Selain di dua negara itu, perkembangan kasus Covid-19 di Israel, Rumania, dan Ukraina juga mengalami hal serupa. Ketiga negara ini masih menghadapi lonjakan kasus, meski telah melewati hantaman gelombang pertama dan kedua.
Padahal, tiga negara tersebut juga memiliki cakupan vaksinasi yang cukup tinggi. Seharusnya, imunitas di tengah masyarakat sudah terbentuk untuk menekan penularan kasus Covid-19.
Baca juga: MK Koreksi Pasal soal Imunitas Penyelenggara Negara dalam Penanganan Pandemi Covid-19
“Melihat hal ini, artinya negara yang telah mengalami lonjakan kasus pertama dan kedua pun belum tentu terbebas dari lonjakan ketiga,” imbuh Wiku.
Terlebih, lanjut dia, apabila upaya disiplin prokes dan peningkatan cakupan vaksinasi tidak dilakukan dengan baik.
Dalam kesempatan tersebut, Wiku menjelaskan, perkembangan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia sangat baik. Hal ini ditandai dengan penurunan kasus selama kurang lebih tiga bulan belakangan.
Bahkan, kata dia, penularan kasus cukup rendah dengan rata-rata per hari di angka 700 kasus dan kasus aktif sebesar 0,29 persen. Sementara itu, angka kesembuhan pun sudah berada di angka 96,33 persen.
Baca juga: Semua Kabupaten Kota di Sulut Zona Kuning, Angka Kesembuhan Capai 94 Persen
Menurut Wiku, perkembangan baik ini terjadi di tengah aktivitas masyarakat yang mulai kembali berjalan, termasuk meliputi pelaksanaan kegiatan berskala nasional dan persiapan kegiatan berskala internasional.
"Hal inilah yang membuat perkembangan baik ini diakui dunia hingga Center for Disease Control (CEC) saat ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan level satu," ujarnya.
Dengan pencapaian baik tersebut, Wiku memberikan apresiasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
Sebab, pencapaian itu diraih melalui upaya berlapis yang terus-menerus dan kontribusi semua pihak, termasuk pembatasan mobilitas dan juga peningkatan cakupan vaksinasi dan disiplin prokes pada kegiatan masyarakat.
Selain masyarakat, penurunan kasus juga tidak lepas dari upaya pemerintah Indonesia dalam mengambil beberapa kebijakan dan penanganan cepat.
Terlebih pada lonjakan kedua, pemerintah telah menerapkan upaya yang berlapis dan menyeluruh.
Untuk diketahui, terdapat lima hal yang dilakukan Indonesia hingga penanganan Covid-19 membaik dan penularan kasus rendah.
Pertama, tingginya kasus positif pada lonjakan kedua menyebabkan meningkatnya jumlah penyintas Covid-19 sehingga kekebalan alami tubuh penyintas meningkat.
Baca juga: 31 Kelurahan di Kota Kupang Nihil Kasus Positif Covid-19, Masyarakat Diminta Tetap Patuhi Prokes
Kedua, meningkatnya usaha dan cakupan program vaksinasi yang cukup signifikan dalam waktu cepat. Program ini berkontribusi membentuk kekebalan tubuh masyarakat yang dibuktikan dengan data sero surveilans.
Ketiga, upaya pembatasan aktivitas masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi daerah hingga tingkat kabupaten dan kota. Upaya ini terus dievaluasi setiap dua minggu agar bisa efektif menekan penularan.
Keempat, upaya pembatasan mobilitas yang tidak hanya dilakukan antarwilayah di Indonesia, tetapi juga dari luar negeri untuk meminimalisasi penularan kasus Covid-19 impor.
Kelima, pembukaan sektor sosial ekonomi dengan penuh kehati-hatian serta dibarengi dengan upaya disiplin prokes 6M yang diawasi pada setiap sektornya.
Baca juga: Madiun Nol Kasus Covid-19, Wali Kota: Tetap Pengetatan Prokes
Oleh karenanya, Wiku mengatakan, penting untuk terus mengawasi pergerakan dan aktivitas masyarakat, terutama menuju periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Apabila merujuk data tren kasus positif di 34 provinsi, terdapat tiga provinsi yang menunjukkan tren peningkatan di minggu terakhir ini, yaitu Jawa Barat (Jabar), Gorontalo, dan Maluku Utara.
Selain itu, terdapat enam provinsi pada minggu sebelumnya juga mengalami peningkatan, yaitu Bengkulu, Lampung, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Banten Sulawesi Barat (Sulbar), dan Papua.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 2 November 2021
Peningkatan kasus di beberapa provinsi tersebut, kata Wiku, perlu diantisipasi dan terus dievaluasi agar tidak kembali meningkat pada minggu berikutnya.
"Cakupan vaksinasi untuk membentuk kekebalan tubuh masyarakat penting untuk terus ditingkatkan dan diperluas agar dapat tercapai perlindungan maksimal," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.