Tidak kalah menentukan, terkait dengan derajat penolakan publik. Indikator resistensi tokoh menjadi penting lantaran tidak semua tokoh yang popular, berelektabilitas tinggi, akan melenggang dengan aman dalam persaingan politik.
Pasalnya, tinggi dalam keterpilihan akan menjadi problematik jika diikuti pula oleh derajat resistensi yang juga tinggi terhadap sosok tersebut.
Dalam kondisi semacam ini, kehadiran tokoh tersebut cenderung memilah publik dalam kelompok yang bertentangan. Dampaknya, semakin sulit bagi mereka yang memiliki resistensi tinggi untuk memperluas ruang pengaruhnya.
Jika kriteria trinitas capres ini diterapkan secara periodik, akan terprediksikan siapa tokoh ataupun sosok yang potensial. Begitu pula sebaliknya.
Merujuk survei terbaru, tidak tampak masalah pada kriteria popularitas. Semua sosok relatif banyak dikenal. Namun masalah justru pada sisi paling krusial, derajat keterpilihan dan resistensi.
Pasalnya, kurun enam bulan terakhir, tidak ada satu pun calon presiden 1 persen yang melesat. Semua tokoh masih saja terperangkap dalam kelompok elektabilitas satu persen.
Bagi sebagian tokoh, tentu saja menjadi tanda tanya besar.
Bagaimana mungkin tetap sebesar itu dukungan publik? Bukankah ribuan baliho sosok dan citra diri sudah tersebar di setiap pelosok daerah?
Benar. Energi besar yang dikerahkan semakin mendorong popularitas. Namun maaf, survei menunjukkan tidak sampai mendongkrak elektabilitas. Bahkan, bisa jadi justru resistensi yang kali ini membengkak.
Temuan survei memang kadang menyakitkan. Bagi capres 1 persen, tidak perlu berkecil hati. Apalagi bersungut-sungut. Survei tidak final. Peluang selalu terbuka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.