Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bestian Nainggolan

Peneliti senior Litbang Kompas, bergulat dalam penyelenggaraan survei opini publik sejak 1995. Lulusan Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.

Misteri Nasib Capres 1 Persen...

Kompas.com - 01/11/2021, 17:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Bayu Galih

Pada barisan dukungan calon presiden satu persen ini, terdapat sosok-sosok yang dikenal luas. Umumnya, masuk dalam kelompok ini adalah para menteri yang tengah menjabat.

Di antaranya, Menko Polkam, Mahfud MD, Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, Menteri BUMN, Erick Thohir, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, dan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. Terdapat pula, dan Kepala Staf Presiden, Muldoko.

Jika diperluas dengan hasik survei SMRC selain nama-nama yang sudah dirujuk di atas, masih terdapat pejabat negara seperti Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, KSAD Jenderal Andika Perkasa, Ketua MPR Bambang Soesatyo, dan Ketua DPR Puan Maharani menjadi rujukan.

Baca juga: Prabowo Diminta Maju pada Pilpres 2024, Sekjen Gerindra: Menyelamatkan Aset Negara

Pada lapis kepala daerah, terdapat Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru. Selain itu, pada barisan ulama terdapat Habib Rizieq Shihab, Ustad Yusuf Mansur, Habib Luthfi bin Yahya, hingga Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin.

Dengan menambahkan nama-nama tokoh lain yang tergolong sebagai pejabat negara, pemerintahan pusat hingga daerah (gubernur-bupati dan walikota), ataupun tokoh-tokoh masyarakat lainnya, lebih dari 100 nama yang potensial menjadi rujukan calon presiden mendatang.

Mengacu pada historis jejak kepresidenan yang tidak ajek di negeri ini, tidak tertutup memang peluang lebih dari 100 tokoh di atas. Namun pencermatan secara periodik terhadap hasil survei dapat membantu prediksi nasib capres 1 persen ini.

Dalam survei, tiga kriteria "trinitas capres" menjadi sandaran pijakan. Ketiganya, yaitu besaran keterkenalan (popularitas), keterpilihan (elektabilitas), dan penolakan (resistensi) dari masing-masing tokoh dalam jarak waktu tertentu.

Popularitas tokoh menjadi indikator penting dalam membaca seberapa jauh pengenalan publik terhadap sosok tersebut. Pengukuran berkala terhadap popularitas dengan sendirinya mendapatkan pengetahuan terhadap derajat penetrasi pengenalan pada sosok dari waktu ke waktu.

Baca juga: Gerindra: Sudah Tepat Kami Dorong Prabowo Maju Pilpres karena Disukai Milenial

Sangat beruntung, jika sosok yang telah tenar sebelumnya, seperti pejabat publik, para pengusaha, ulama, hingga para pesohor media, telah melalui kendala popularitas. Dengan panggung yang dikuasai, popularitas mereka umumnya tinggi.

Akan tetapi, besaran popularitas tidak juga menjamin besaran derajat elektabilitasnya. Dalam berbagai contoh, popularitas tinggi tidak diikuti oleh derajat keterpilihan sebagai presiden yang tinggi pula. Megawati dan Yudhoyono, sebagai mantan presiden memiliki derajat popularitas yang sempurna.

Nyaris setiap orang mengenal dan tidak sedikit yang mengagumi. Tapi terakhir, elektabilitas kedua tokoh kini bertengger di 1 persen saja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com