Pada barisan dukungan calon presiden satu persen ini, terdapat sosok-sosok yang dikenal luas. Umumnya, masuk dalam kelompok ini adalah para menteri yang tengah menjabat.
Di antaranya, Menko Polkam, Mahfud MD, Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, Menteri BUMN, Erick Thohir, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, dan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. Terdapat pula, dan Kepala Staf Presiden, Muldoko.
Jika diperluas dengan hasik survei SMRC selain nama-nama yang sudah dirujuk di atas, masih terdapat pejabat negara seperti Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, KSAD Jenderal Andika Perkasa, Ketua MPR Bambang Soesatyo, dan Ketua DPR Puan Maharani menjadi rujukan.
Baca juga: Prabowo Diminta Maju pada Pilpres 2024, Sekjen Gerindra: Menyelamatkan Aset Negara
Pada lapis kepala daerah, terdapat Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru. Selain itu, pada barisan ulama terdapat Habib Rizieq Shihab, Ustad Yusuf Mansur, Habib Luthfi bin Yahya, hingga Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin.
Dengan menambahkan nama-nama tokoh lain yang tergolong sebagai pejabat negara, pemerintahan pusat hingga daerah (gubernur-bupati dan walikota), ataupun tokoh-tokoh masyarakat lainnya, lebih dari 100 nama yang potensial menjadi rujukan calon presiden mendatang.
Mengacu pada historis jejak kepresidenan yang tidak ajek di negeri ini, tidak tertutup memang peluang lebih dari 100 tokoh di atas. Namun pencermatan secara periodik terhadap hasil survei dapat membantu prediksi nasib capres 1 persen ini.
Dalam survei, tiga kriteria "trinitas capres" menjadi sandaran pijakan. Ketiganya, yaitu besaran keterkenalan (popularitas), keterpilihan (elektabilitas), dan penolakan (resistensi) dari masing-masing tokoh dalam jarak waktu tertentu.
Popularitas tokoh menjadi indikator penting dalam membaca seberapa jauh pengenalan publik terhadap sosok tersebut. Pengukuran berkala terhadap popularitas dengan sendirinya mendapatkan pengetahuan terhadap derajat penetrasi pengenalan pada sosok dari waktu ke waktu.
Baca juga: Gerindra: Sudah Tepat Kami Dorong Prabowo Maju Pilpres karena Disukai Milenial
Sangat beruntung, jika sosok yang telah tenar sebelumnya, seperti pejabat publik, para pengusaha, ulama, hingga para pesohor media, telah melalui kendala popularitas. Dengan panggung yang dikuasai, popularitas mereka umumnya tinggi.
Akan tetapi, besaran popularitas tidak juga menjamin besaran derajat elektabilitasnya. Dalam berbagai contoh, popularitas tinggi tidak diikuti oleh derajat keterpilihan sebagai presiden yang tinggi pula. Megawati dan Yudhoyono, sebagai mantan presiden memiliki derajat popularitas yang sempurna.
Nyaris setiap orang mengenal dan tidak sedikit yang mengagumi. Tapi terakhir, elektabilitas kedua tokoh kini bertengger di 1 persen saja.